Apa yang sudah dicapai sejauh ini, bisa saja buyar jika angka terinfeksi COVID-19 bertambah. Kuncinya jangan kendor.

Palembang (ANTARA) - Upaya menekan penyebaran COVID-19 menjadi kunci utama untuk memulihkan perekonomian Provinsi Sumatera Selatan yang sejauh ini sudah menunjukkan tren menggeliat sejak mulai terdampak pada akhir Maret 2020, kata Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo.

Hari Widodo di Palembang, Rabu, mengatakan perbaikan ekonomi pada triwulan III 2020 di Sumsel harus terus dijaga dengan tetap fokus menekan penyebaran virus corona.

“Apa yang sudah dicapai sejauh ini, bisa saja buyar jika angka terinfeksi COVID-19 bertambah. Kuncinya jangan kendor,” kata Hari Widodo.

Baca juga: Gubernur BI optimis kuartal IV 2020 ekonomi Indonesia tumbuh positif

Menurutnya, saat ini Sumsel berhasil melewati tekanan berat ekonomi yang tepatnya terjadi pada triwulan II 2020, yang mana saat itu mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi -1,53 persen secara year on year.

Namun pada triwulan III, daerah berpenduduk 8 juta jiwa lebih ini mencetak pertumbuhan -1,4 persen atau terjadi pertumbuhan 0,13 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Malahan secara quartal to quartal, Sumsel dapat tumbuh 4,12 persen.

“Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) memang masih negatif tapi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ini sudah positif. Artinya sudah ada perbaikan,” kata dia.

Baca juga: Menko Airlangga: ASEAN sepakati kerangka pemulihan ekonomi

Ia melanjutkan, di tengah kondisi tersebut, justru yang mengkhawatirkan bagi perekonomian yakni gelombang kedua dari COVID-19.

Jika ini terjadi maka bisa dipastikan ekonomi kembali terkontraksi seperti yang terjadi sebelum memasuki fase new normal.

Untuk itu, semua pihak terkait hingga masyarakat harus menyadari betapa pentingnya mencegah penyebaran virus corona ini.

Usaha-usaha yang sudah bergerak di era new normal ini harus terus menerus menerapkan protokol COVID-19, seperti hotel, restoran, mal dan destinasi wisata.

“Gelombang kedua ini yang harus dicegah, dan ini semua tergantung dengan usaha masyarkat dan pemerintah,” kata dia.

Baca juga: BI Sumbar berikan enam rekomendasi pemulihan ekonomi Sumbar

Selain itu, yang tak kalah penting di tengah new normal ini yakni semua pihak harus aktif memacu sektor-sektor yang dapat menggerakkan perekonomian.

Khusus di Sumsel, BI menilai sangat penting untuk mendorong konsumsi masyarakat, ekspor, investasi dan belanja pemerintah. Selain itu, terdapat juga sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat membantu di tengah pandemi ini, yakni UMKM, ekonomi syariah, dan ekonomi digital.

“BI sangat optimis bahwa ekonomi Sumsel akan membaik di triwulan IV, walau belum pulih tapi menuju perbaikan,” kata dia.

Harry menyampaikan sejauh ini Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel bakal berada di kisaran 0,5 hingga -1,0 persen pada akhir 2020, namun untuk angka pastinya akan dirilis dalam waktu dekat.

Sementara itu, Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sumsel merilis daerahnya mencatatkan nihil zona merah atau wilayah penyebaran tinggi COVID-19 sejak dua bulan terakhir meski rata-rata kabupaten dan kota masih berada di zona oranye.

Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes Sumsel) Yusri mengatakan Sumsel belum aman dari penyebaran COVID-19 karena penambahan kasus baru cukup fluktuatif dengan rata-ratanya 40 kasus per hari.

"Klaster perkantoran masih mendominasi kasus-kasus baru. Kami terus ingatkan masyarakat tetap patuhi protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) apapun aktivitasnya,” ujarnya.

Data Satgas COVID-19 Sumsel per 10 November mencatat kasus konfirmasi positif mencapai 8.366 kasus sejak 23 Maret 2020, angka kesembuhan berjumlah 6.905 orang (82,54 persen) dan total angka kematian 452 kasus.

Selain itu penambahan kasus baru dan kasus selesai isolasi cenderung berimbang, sehingga kasus aktif atau dalam penanganan juga stagnan di kisaran 1.000-1.200 orang per hari dengan mayoritas isolasi mandiri.


Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020