Medan (ANTARA) - Stasiun Geofisika, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Deli Serdang, Sumatera Utara, melakukan pengukuran magnet bumi (epoch) di sembilan bandara di Pulau Sumatera.

Kepala Stasiun Geofisika Deli Serdang, Teguh Rahayu, di Medan, Rabu, mengatakan, dari 69 titik pengukuran epoch di seluruh Indonesia, Stasiun Geofisika Deli Serdang melakukan pengamatan di 9 lokasi pengukuran.

Kesembilannya adalah Bandar Udara Silangit di Tapanuli Utara, Minangkabau di Padang, Binaka Gunung Sitoli, Sultan Syarif Kasiem II di Pekanbaru, Cut Nyak Dhien di Meulaboh.

Kemudian Bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh, Malikus Saleh di Lhoseumawe, Lasikin di Simeulue, dan Bandara Kualanamu di Deli Serdang.

Baca juga: Stasiun Geofisika lakukan survei awal dugaan magnet bumi di Aceh Besar

Baca juga: Eropa luncurkan satelit pantau medan magnet Bumi

Pengukuran epoch tahun 2020 oleh Stasiun Geofisika Deli Serdang telah dimulai sejak 20 Oktober 2020 di Silangit, kemudian ke Padang, Gunung Sitoli, Pekanbaru, dan Meulaboh.

Pengukuran selanjutnya, yakni di Banda Aceh, Lhokseumawe, Simeulue, dan di Deli Serdang akan dilakukan setelah Meulaboh.

Sehingga diestimasikan pengukuran epoch di 9 lokasi oleh Stasiun Geofisika Deli Serdang akan selesai pada akhir November 2020.

Ia mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pengukuran magnet bumi di seluruh wilayah Indonesia setiap lima tahun sekali.

Hasilnya juga telah mempublikasikan hasil pengukuran tersebut dalam buku berjudul “Isomagnetic Maps of Indonesia for The Epoch" dalam seri Geophysical Note NO.13 tahun 2015.

Pengamatan dilakukan untuk memperbaharui peta iso-magnetik Indonesia, dengan mengetahui nilai azimuth matahari, nilai deklinasi dan inklinasi, serta nilai total magnet bumi di suatu tempat.

Pengambilan data dilakukan dua kali waktu pengamatan yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, dan sore hari pada 14.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Pembacaan Deklinasi Inklinasi Magnetometer dilakukan masing-masing 5 (lima) kali pembacaan, dan pengambilan data matahari masing-masing 3 (tiga) kali.

"Hal itu dilakukan untuk mendapatkan nilai data yang stabil dan baik serta mengurangi kesalahan akibat faktor pengamatan," katanya.*

Baca juga: Burung Bisa "Lihat" Medan Magnet Bumi

Pewarta: Juraidi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020