Banjarmasin (ANTARA News) - Oleh karena masih musim penghujan, petani karet di daerah Hulusungai atau "Banua Anam" Kalimantan Selatan (Kalsel) yang meliputi enam kabupaten itu, tak bisa "unjuk gigi".

Pasalnya, walau harga karet belakangan ini membaik dan tergolong mahal, tapi tak bisa menyadap pohon karetnya maksimal atau tiap hari, dikarenakan hujan, demikian dilaporkan, Selasa.

Selain itu, hasil sadapan karet yang tak terambil sampai dua atau tiga hari, barang dagangan tersebut sering hilang, sehingga harus diambil atau dibawa pulang tiap hari agar tidak kehilangan pendapatan.

Midah (37), warga Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menerangkan harga karet bakuan di kampungnya per kilogram berkisar antara Rp9.000 - Rp11.500, tergantung kualitas.

Sementara para petani karet di "Bumi Murakata" HST tiap kali menyadap, minimal mendapatkan lima kilogram kualitas baik atau senilai Rp11.500/Kg, berarti bisa mendapatkan uang sekitar Rp57.500/hari.

"Pendapatan Rp57.500/hari, untuk tingkat ekonomi pedesaan, jumlah tersebut sudah tergolong nyaman," demikian Midah yang dibenarkan Kibah (29), petani karet di Bumi Murakata itu.

Pada kesempatan terpisah, Aminah (36), warga Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mengaku, kecewa atas ulah pencuri yang mengambil hasil sadapan karetnya.

"Coba bayangkan, `ulun uyuh-uyuh manureh` (saya cape-cape menyadap), eh tahu-tahunya maling yang mengambilnya," lanjut ibu dari tiga anak itu dengan nada kecewa.

"Hasil turehan ulun itu mencapai Rp100.000/hari. Sedangkan `gatah` (karet beku) yan diambil maling hasil menureh tiga hari atau seluruhnya senilai Rp300.000," demikian Aminah.

Kabupaten HST dan HSS juga sebagai penghasil karet Kalsel sejak ratusan tahun silam. (Ant/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010