Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya 24 orang tewas dalam serangan-serangan bom di sebuah sekolah menengah dan pasar yang ramai di kota Peshawar, Pakistan, Senin, kata sejumlah pejabat.
Serangan-serangan itu, yang terjadi dengan selisih waktu beberapa jam antara yang satu dan yang lain, membuat jumlah korban tewas dalam pemboman di Pakistan baratlaut menjadi 73 dalam waktu tiga hari. Serangan-serangan bunuh diri akhir pekan yang bercirikan Taliban menewaskan 49 orang di kota Kohat.
Pada Senin petang di pasar Qissa Khawani Peshawar, seorang penyerang bom bunuh diri berjalan ke kerumunan massa dan meledakkan dirinya. Seorang wartawan AFP di lokasi kejadian melihat sepatu berserakan, potongan tubuh dan mobil yang hancur.
"Duapuluh-tiga orang tewas, termasuk tiga polisi. Sedikitnya 27 orang lagi dirawat di rumah sakit," kata polisi senior Imran Kishwar kepada AFP. Menteri provinsi senior Bashir Bilour mengkonfirmasi angka korban itu.
Kepala regu penjinak bom Shafqat Malik mengatakan kepada wartawan, ledakan itu disebabkan oleh seorang penyerang yang memakai rompi bom seberat enam hingga delapan kilogram.
"Kami telah menemukan kepala dan kaki penyerang," tambahnya.
Ledakan itu terjadi setelah pemrotes yang berpawai menentang inflasi yang meningkat dan pemadaman listrik meninggalkan daerah itu, kata beberapa polisi.
Beberapa jam sebelumnya, seorang anak laki-laki yang berusia delapan tahun tewas dan sedikitnya 10 orang terluka dalam serangan bom di luar sebuah sekolah menengah di Peshawar.
Polisi tidak mengatakan siapa yang memasang bom di kota yang dilanda serangan-serangan Taliban itu.
Pemboman itu terjadi setelah tiga serangan bunuh diri dalam waktu 24 jam menewaskan 49 orang di kota Kohat, Pakistan baratlaut.
Lebih dari 3.200 orang tewas dalam serangan-serangan bunuh diri dan pemboman di Pakistan dalam tiga tahun ini. Kekerasan itu dituduhkan pada militan muslim yang menentang persekutuan pemerintah dengan AS.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.
Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.
Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.
Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.
Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010