Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan sikap ketakutan dan kebencian terhadap Islam atau Islamophobia harus dilawan dan menjadi sarana bagi umat Islam untuk introspeksi diri.

“Cara pandang yang selalu menggeneralisasi dan negatif ini harus kita lawan. Namun di saat yang sama umat juga perlu introspeksi,” kata Ma’ruf Amin saat menyampaikan pidato kunci pada Dies Natalis ke-17 FISIP Universitas Brawijaya Malang secara daring dari Jakarta, Selasa.

Menurut Ma'ruf Amin, tren Islamophobia di negara-negara Barat mengalami peningkatan. Wapres mencontohkan adanya serangan dan pelecehan terhadap Muslim di Amerika Serikat dan Eropa yang terus bertambah setiap tahunnya.

Baca juga: Wapres sebut moderasi beragama di Indonesia mulai dilirik dunia

"Pelecehan terhadap orang Islam di Amerika Serikat pada 2016 meningkat 36 persen jika dibandingkan tahun 2001. Begitu juga di Eropa di mana rata-rata satu dari tiga Muslim mengalami diskriminasi dan prasangka buruk pada 2017," kata Ma’ruf.

“Terakhir, baru saja terjadi sebuah peristiwa di Prancis yang mendiskreditkan agama Islam dan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia, karena memposisikan Islam sebagai agama teroris,” katanya.

Sementara itu, persepsi negatif terhadap Islam juga terus berkembang karena berbagai konflik banyak terjadi di negara Islam, khususnya Timur Tengah. Ma’ruf Amin menyebut konflik yang melibatkan negara-negara Islam di dunia meningkat hingga 60 persen.

Baca juga: Ma'ruf Amin: Alhamdulillah, arus utama Islam di Indonesia "wasathi"

Merujuk pada hasil penelitian PEW Research Tahun 2017, Ma’ruf mengatakan lebih dari 41 persen warga Amerika Serikat menganggap Islam berkaitan erat dengan tindak terorisme dan kekerasan, lebih dari 44 persen melihat Islam dan demokrasi tidak berjalan bersama, serta hampir 50 persen warga negeri Paman Sam menilai sebagian Muslim dunia anti-Amerika.

“Di Eropa, persepsi terhadap Islam juga tidak jauh berbeda. Dari hasil survei di 10 negara Eropa tercatat lebih dari 50 persen warga Eropa memandang Islam secara negatif,” katanya.

Selain itu, pusat-pusat pendidikan berbasis Islam juga mendapat stigma negatif karena dianggap sebagai tempat pembibitan ideologi ekstrem dan radikal. "Generalisasi terhadap peran negatif madrasah diperoleh hanya karena orang Barat melihat bahwa beberapa pelaku teroris merupakan alumni madrasah, katanya.

Ma’ruf mengatakan kebencian dan ketakutan terhadap Islam dan Muslim tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap ajaran agama Islam sesungguhnya.

Baca juga: Wapres: Segera sadarkan orang yang memaksakan khilafah di Indonesia

“Sumber utama dari kebencian terhadap Islam itu adalah ketidaktahuan atau ketidakpahaman terhadap apa Islam itu. Al-Insaanu Aduwwu maa Jahilu, manusia itu memang cenderung memusuhi apa yang tidak diketahui,” ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020