Nikosia (ANTARA News) - Warga Siprus Turki memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden, Ahad yang dapat menentukan masa depan proses reunifikasi Siprus dan usaha Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Sekitar 164.000 warga Siprus Turki akan memilih antara presiden sekarang Mehmet Al Talat dan penantangnya Dervis Eroglu. Jajak-jajak pendapat menempatkan Eroglu, seorang pendukung kuat kemerdekaan Siprus unggul.
Tempat-tempat pemungutan suara dibuka pukul 0500 GMT (12:00 WIB) dan ditutup pukul 1500GMT (22:00 WIB). Hasil akhir pemunguatan suara itu , yang harus diratifikasi oleh panitia pemilihan, diperkirakan pukul 1800 GMT (01:00 WIB Senin).
Pemenang akan merundingkan satu penyelesaian mengenai pulau yang terbagi dua itu dengan warga Siprus Yunani yang tinggal di wilayah selatan yang merwakili Siprus di Uni Eropa. Tanpa satu kesepakatan, Siprus Yunani akan menghambat Ankara untuk bergabung dengan Uni Eropa.
"Banyak orang memperkirakan satu persetujuan akan tercapai, dan jika anda tidak melakukan itu akan sangat sulit untuk mengharapkan kapan kesempatan itu akan datang," kata seorang diplomat yang dekat dengan proses perdamaian kepada Reuters.
Eroglu, perdana menteri negara Siprus utara yang hanya diakui Turki , mendukung kekuasaan yang lebih berdaulat bagi masing-masing masyarakat dalam setiap penyelesaian perdamaian, satu pandangan yang pihak Siprus Yunani anggap sebagai tidak dapat diterima.
Talat dan Presiden Demetris Christofias, pemimpin Siprus Yunani, melakukan perundingan-perundingan perdamaian tahun 2008, berusaha menyatukan kembali pulau sebagai satu federasi yang lepas.
Para diplomat khawatir akan terjadi kemunduran perundingan-perundingan jika Eroglu menang. Ia mengatakan ia akan melanjutkan perundingan reunifikasi, walaupun tuntutan lebih kerasnya bagi kemerdekaan Siprus Turki paling tidak akan sangat memperlambat perundingan-perundingan reunifikasi, kata para diplomat.
Hasil dari pemilu di Siprus utara itu memiliki dampak-dampak penting bagi Turki yang perundingannya untuk bergabung dengan Uni Eropa terhambat akibat belum dicapainya penyelesaian sengketa di pulau itu yang telah berlangsung puluhan tahun.
Siprus secara etnik terbagi dua sejak invasi Turki tahun 1974 yang dipicu kudeta singkat oleh militer yang pada waktu itu memerintah menguasai Yunani.
Konflik itu tidak hanya menjadi beban bagi usaha Turki untuk bergabung dengan Uni ropa, tetapi juga membuat keputusan-keputusan menyangkut masalah-masalah pertahanan antara NATO, yang Turki adalah anggotanya dan persoalan Uni Eropa.
(H-RN/H-AK)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010