Pantauan di lokasi Sabtu, arca tersebut sebanyak enam buah berada dalam satu kompleks, terdiri dari satu dolmen dan lima arca manusia, namun keadaanya memprihatinkan.
Tiga arca sudah hilang kepalanya, satu terbalik akibat penggalian, dan satu lagi sudah banyak bagian hilang diduga akibat ulah tangan manusia.
Bahkan di sekitar kompleks itu, kondis pagar sudah rusak dan lokasinya tidak terawat dengan baik.
"Sekitar tahun 1970 lalu kondisi ketiga arca masih utuh, sehingga mudah dikenali baik bentuk dan kondisinya. Tiga berbentuk manusia menunggang kuda, satu seorang ibu mengayun anak dan satu lagi dengan posisi sudah tertelungkup manusia sedang duduk. Tapi kerusakan terjadi saat ada seorang warga bermimpi di sekitar arca ada harta karun lalu dilakukan penggalian ternyata setelah digali tidak ada harta karun itu," kata Samsi, mantan juru pelihara arca dimaksud.
Dia mengatakan, kesal dengan tindakan yang tidak berhasil menemukan harta karun tersebut, seseorang tadi lalu memenggal ketiga kepada arca dengan menggunakan palu besar hingga hancur.
"Setelah beberapa hari kemudian, orang tersebut menjadi gila hingga meninggal dunia. Sejak itulah ada arca yang hilang kepalanya, dan ada juga akibat penggalian terbalik sendiri sehingga posisi juga banyak berubah," kata dia lagi.
Menurut dia, dari sekian banyak benda bersejarah di lokasi tersebut, baru enam situs dengan posisi berdekatan lokasinya yang dibebaskan.
Saat ini di situs itu, sudah dibangun pagar keliling sementara yang lainnya masih berada di tengah-tengah kebun kopi warga setempat.
"Memang banyak benda bersejarah ini yang rusak termasuk arcanya, akibat tangan jahil. Namun kami tetap melakukan pengawasan dan pemeliharaan agar kondisi aset sejarah ini tetap lestari," kata dia.
Petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel, Akhmad Rivai mengatakan, sejak dilakukan pemagaran, tiga dari enam arca sudah mengalami kerusakan termasuk hilang kepalanya.
Padahal menurut dia, mengingat ini merupakan benda bersejarah yang dilindungi, sehingga kondisinya dibiarkan tidak boleh diubah termasuk dibuatkan kepala baru.
"Sebetulnya di lokasi arca tersebut cukup banyak megalitik tersebar di atas lahan seluas 1 hektare, namun mengingat terkendala pembebasan lahan maka baru bisa dilakukan pemagaran hanya terhadap lima arca dan satu dolmen karena posisinya berdekatan. Sementara di luar area pemagaran masih ada dua lagi arca manusia dan puluhan situs lainnya," kata dia pula.
(L.U005*B014/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010