Jakarta (ANTARA News) - Yayasan Autisma Indonesia (YAI) menyelenggarakan Expo Peduli Autisme 2010 yang didukung oleh Kementrian Pendidikan Nasional. "Pemerintah akan mencanangkan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk penyandang autisme," jelas Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional, pada wawancara pers tanggal 11 April 2010 kemarin.
Pemerintah mentargetkan 1000 sekolah khusus bagi penyandang autisme pada tahun 2014 dari sekitar 200 sekolah khusus yang ada.
Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi individu autistik, sekolah tidak hanya dapat mempersiapkan materi yang tepat, tetapi juga siap salam menjembatani masalah hambatan komunikasi, dan penanganan masalah perilaku yang mungkin aja terjadi di sekolah.
Pemerintah bahkan memberikan insentif khusus bagi sekolah umum yang bersedia menerima dan mendidik anak berkebutuhan khusus.
"Pendidikan ini dimaksudkan untuk memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus disekolah umum bersama teman-teman lainnya yang normal," kata Fasli, waktu pembukaan acara Jalan Bersama tersebut.
Gejala autisme muncul di Indonesia sekitar tahun 1990. "Gejala ini muncul pada siapa saja, tidak peduli ras, pendidikan maupun golongan ekonomi-sosial," kata Dr. Melly Budhiman, Psikiatri anak sekaligus Ketua Yayasan Autisma Indonesia, pada seminar, Jakarta, Sabtu.
Kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Autisme membuat penanganan yang dilakukan tidak maksimal, sedangkan penanganan autisme adalah jangka panjang, tidak bisa dengan cara singkat.
"Hal ini disebabkan kurangnya penaga profesional untuk menangani anak autisme di Indonesia. Di Indonesia, hanya ada 40 Psikiater anak yang menangani masalah autisme" kata Dr. Melly.
Bertempat di Graha Sucofindo, Jakarta Selatan, selain bazar dan stand yang menjual hasil lukisan anak penyandang autis, diselenggarakan juga seminar yang membahas masalah-masalah yang dialami oleh anak autis.
"Dari seminar tersebut, para orangtua dapat berdiskusi dan berbabgi pengalaman orangtua lain yang serupa, yang dapat memberi semangat dan dorongan dalam menangani autistik pada anak mereka agar dapat mandiri," kata Dr. Melly.
Dengan adanya sosialisasi masalah autisme, diharapkan dapat mengedukasi masyarakat yang belum mengerti mengenai autisme, sehingga tidak ada lagi penghinaan, ejekan, maupun pelecehan terhadap para penyandang autisme.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010