Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Suryadharma Ali minta umat Islam menyatukan sikap, cita-cita, pikiran dan hati karena maju mundurnya bangsa Indonesia ke depan juga tergantung pada kemauan umat Islam itu sendiri.
Secara fisik umat Islam memang sudah bersatu dan kerap dapat berkumpul dalam satu rumah ibadah, tetapi ada yang lebih dari itu adalah menyatukan hati, pikiran dan cita-cita, kata Suryadharma Ali pada HUT Pondok Pesantren Al Awwabin, Sawangan, Bogor, Jabar, Sabtu.
Hadir dalam acara tersebut Mensos Salim Segaf Al Jufri, KH ali Yafie, Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat Muhaimin Lutfi dan pimpinan Ponpes Al Awwabin, KH Abd Rahman.
Di hadapan ribuan umat Muslim yang datang dari berbagai kota, Menag mengatakan, menyatukan sikap dan perbuatan sangat penting karena tantangan ke depan bangsa Indonesia makin besar. Terutama kemiskinan yang harus diatasi bersama.
Ia lalu mengutip pesan Nabi Muhammad SAW bahwa kemiskinan harus diatasi secara konprehensif. Karena itulah pentingnya umat Islam berkumpul seperti pada acara tersebut guna meneguhkan komitmen pesan Rasulullah bahwa kebodohan dan kemiskinan harus diberantas.
"Kita betul-betul cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dan karena kecintaannya itu pula kita berharap Rasulullah dapat memberi safaat, pertolongan," ia menjelaskan.
Rasulullah sebagai panutan dan teladan bagi umat Islam, kata Menag, telah membawa perubahan dan peradaban baru dari zaman kegelapan dan keterbelakangan. Karena itu apa yang dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad SAW diharapkan dapat menyegarkan umat Islam dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika Mensos telah menjelaskan bahwa anak jalanan harus diangkat derajatnya melalui pendidikan, menurut suryadharma Ali, hal itu merupakan salah satu bentuk dari implementasi ajaran Rasulullah.
"Islam adalah antikemiskinan, karena itu adanya pondok pesantren juga merupakan salah satu bagian dari upaya memberantas kemiskinan," ia menjelaskan.
Sebelumnya Mensos Salim Segaf Al Jufri juga mengatakan, pada 2011 diperkirakan ada 12 ribu anak jalanan di Jakarta. Mereka tinggal di tempat tak layak dan kondisi orangtua tak mampu. Pihaknya untuk mengatasi hal itu telah membangun rumah singgah.
Ia berharap, dengan dukungan dana yang memadai, dua atau tiga tahun mendatang anak jalanan di Jakarta secara bertahap sudah harus bersih dari jalan raya. Karena itu, jauh hari ia telah mengeluarkan edaran yang melarang adanya razia bagi anak jalanan sebelum solusinya ada.
Salim mengatakan, di kementrian yang dipimpinnya tercatat 3,2 juta penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Di antara mereka itu, 1,7 juta miskin dan berusia lanjut (lansia) yang sangat membutuhkan pertolongan. Mereka kebanyakan hidup terlantar. Namun pemerintah baru mampu menangani dan menyantuni sekitar 10 ribu jiwa.
Belum lagi penyandang cacat sebanyak 1,6 juta dan 100 ribu di antaranya dengan kondisi memprihatinkan. Mereka selalu harus pendampingan karena berada di atas tempat tidur terus menerus, ia menjelaskan.
Untuk anak terlantar kebanyak berusia 1 hingga 18 tahun, dan jumlahnya mencapai 5,4 juta anak. Sebanyak 232 ribu di antaranya menjadi anak jalanan di berbagai kota di tanah air. "Saya berharap umat Islam ikut memerangi hal ini," katanya.
Salim menjelaskan, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak. Karena itu, membantu sesama yang dalam kondisi kesusahan sangat dicinta oleh Rasulullah.
(T.E001/R010/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010