Seoul (ANTARA News) - Korea Utara Sabtu membantah bahwa pihaknya yang menenggelamkan kapal angkatan laut Korea Selatan di dekat perbatasan laut yang mereka sengketakan, pada bulan lalu.
Ada spekulasi yang berkembang di Korea Selatan, bahwa kapal perang tersebut telah dihantam oleh torpedo Korea Utara, dan menewaskan hampir 50 pelaut.
"Karena Korea Selatan tak bisa mengidentifikasi penyebab kecelakaan itu, mereka menggunakan media untuk mengaitkan peristiwa itu dengan kami ... dan berusaha untuk mengarang penyebab peristiwa itu," kata kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.
Para pakar Amerika Serikat dan Korea Selatan meninjau buritan kapal perang Korea Selatan yang karam, untuk mencari petunjuk penyebab karamnya kapal tersebut di dekat perbatasan laut Korea Utara tiga pekan lalu, kata para penjabat Jumat.
Peninjauan dimulai Kamis setelah sebuah derek apung raksasa diberangkatkan ke bagian buritan kapal korvet berbobot 1.200 ton, yang pecah menjadi dua oleh apa yang menurut para pelaut yang selamat, sebagai ledakan luar yang besar pada bulan lalu, yang menyisakan 46 awaknya masih hilang.
Para perwira militer mengatakan, 36 mayat pria sebagian besar berumur 20 tahunan telah ditemukan dari buritan kapal tersebut, setelah dua jenazah ditemukan pada awal bulan ini.
Lima puluh delapan awak kapal itu berhasil diselamatkan tak lama setelah bencana 26 Maret tersebut di Laut Kuning, dalam tragedi angkatan laut di masa damai yang menelan banyak korban bagi Korea Selatan.
Setelah mendobrak buritan kelabu Cheonan yang ditopang kapal tongkang, 38 penyelidik sipil dan militer termasuk dua pakar AS mulai memeriksa buritan, kata seorang juru bicara Kepala Staf Gabungan.
Korea Selatan telah melancarkan penyelidikan internasional mengenai bencana itu untuk menjamin penemuan-penemuan akhir tidak bisa disengketakan.
Penyelidikan itu, yang diperkirakan akan berlangsung beberapa pekan, melibatkan lebih dari 120 pakar lokal, delapan pakar Amerika dan tiga pakar Australia, kata kementerian pertahanan.
Perbatasan Laut Kuning yang disengketakan itu menjadi tempat pertempuran angkatan laut yang menelan banyak korban antara Korea Utara dan Korea Selatan pada 1999 dan 2002.
Juga terjadi bentrokan bersenjata pada November tahun lalu, yang mengakibatkan sebuah kapal patroli Korea Utara terbakar.
Menteri pertahanan Korea Selatan telah mengemukakan kemungkinan bahwa sebuah ranjau atau torpedo menghantam kapal perang Cheonan itu.
Sejauh ini pemerintah Seoul tidak menuduh Pyongyang terlibat, namun insiden itu menaikkan ketegangan lintas perbatasan kedua negara.
Reuters/H-AK/B002
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010