"Fase pertama ini kita sudah mulai turun, tetapi hati-hati gelombang kedua," kata Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman di Banda Aceh, Senin.
Dia menyebutkan penambahan kasus positif baru di Aceh memang telah menurun. Begitu juga dengan angka kematian sekaligus jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19.
Baca juga: Warga Aceh sembuh dari COVID-19 capai 6.000 orang lebih
Selama beberapa pekan terakhir, warga yang dilaporkan meninggal dunia karena COVID-19 juga sudah jarang terdengar. Jikapun ada, kata Safrizal, hanya satu orang dalam jangka waktu sepekan.
"Kalau ada, sekitar 3-4 hari satu orang meninggal dunia, atau seminggu sekali satu orang, jadi jauh sekali turun (angka kematian)," katanya, dibandingkan selama ini yang jauh lebih tinggi.
Ia menjelaskan saat ini Indonesia menggunakan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) tentang pedoman dan pengendalian COVID-19 revisi ke lima.
Baca juga: Kapolda Aceh imbau masyarakat tidak perlu takut tes COVID-19
Dalam PMK revisi ke lima itu, jumlah pemeriksaan COVID-19 juga telah dikurangi. Artinya warga yang dites COVID-19 tidak banyak lagi, hanya khusus bagi yang memiliki gejala.
Menurut Safizal, meskipun kasus COVID-19 di Aceh mulai menurun, namun warga tetap diminta tidak merenggangkan penerapan protokol kesehatan, sebagai upaya untuk mengantisipasi lonjakan kasus gelombang kedua.
"Ya kalau kita lihat Jakarta dulu pernah sudah turun, tiba-tiba naik lagi kasusnya. Banyak di kota-kota besar yang mengalami seperti itu," katanya, yang juga mengingatkan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
Secara akumulatif, kasus COVID-19 di Aceh telah mencapai 7.687 orang, diantaranya yang sedang dalam perawatan sebanyak 1.296 orang, pasien telah sembuh 6.109 orang, dan yang meninggal dunia 282 orang.
Baca juga: Tiga daerah di Aceh masih zona merah COVID-19
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020