"Kita harus arif dan tidak mengulangi jejak yang sama di lain waktu dan pada tempat yang berbeda di Republik Indonesia," kata Mantan Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Sumbar itu, ketika diminta pandangannya di Padang, Jumat.
Insiden berdarah Priok antara masyarakat dengan Satpol PP di kawasan Makam Mbah Priok pada (14/4) saat rencana eksekusi bangunan di seputar Makam tokoh Islam yang menyebabkan tiga tewas dan puluhan luka-luka sehingga menjadi perhatian publik.
Menurut Buya, insiden yang menimbulkan korban jiwa akibat bentrokan massal itu, kesalahan terjadi karena hanya mengendapan kepuasan.
Selain itu, disebabkan semua elemen sudah kehilangan kearifan, bagaimana bisa mengatasi kemelut yang terjadi, jika salah dalam menerapkan kebijakan, akibatnya fatal dan kerugian harta dan nyawa tak terelakan.
Bahkan, lebih dari itu peristiwa yang terjadi telah merusak tatanan kehidupan dalam berbangsa.
"Kita sudah kehilangan karakter, watak berbangsa dan bernegara, tapi dihinggapi penyakit amuk dan anarkis," ujarnya.
Justru itu, sistem pendidikan di negeri ini dalam jangka panjang perlu dirubah, dan pendidikan karakter berbangsa mesti dikedepankan.
Terkait, basisnya adalah akhlak mulia dan etika religi serta nilai-nilai mulia dari ajaran agama.
Menurut Wakil Ketua MUI Sumbar itu, penguasa harus tahu mana dana bagaimana semestinya bertindak dan rakyak pun mesti mengerti bagaiman bereaksi.
Namun, fakta yang terjadi insiden `Priok Berdarah` tak terlepas dari cara pendidikan, makanya ini harus dijadikan pembelajaran bagi semua.
"Kita sedih dengan perlakuan yang diterapkan masyarakat karena hilang kesabaran. Aparat juga hilang kearifan. Bila sudah begini siapa lagi yang harus disalahkan?," katanya mempertanyakan.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010