"Edisi bahasa Indonesia baru muncul setelah 140 tahun setelah pertama kali dicetak oleh McMillan. Buku itu baru diterbitkan karena kemampuan penerbit kita," kata Ketua Yayasan Wallace, Profesor Sangkot Marzuki dalam bedah buku Alfred Russel Wallace berjudul "Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam", di Wisma ANTARA, Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan ada yang salah dalam bangsa Indonesia karena baru menerjemahkan buku tersebut setelah 140 tahun.
Padahal Indonesia dikenal diseluruh dunia berkat buku naturalis dan ahli biologi legendaris tersebut.
Sangkot mengatakan selama ini para peneliti yang membutuhkan buku Wallace tersebut, membaca langsung dari buku teks dalam bahasa Inggris atau teks aslinya.
"Kalau buku teks dalam bahasa Inggris sudah banyak dicetak," lanjut Sangkot.
Dia mengatakan buku "Kepulauan Nusantara" merupakan buku yang asli dengan menerjemahkan benar-benar apa yang ada dalam buku "The Malay Archipelago".
Sangkot mengatakan ada 1.000 buku edisi pertama "The Malay Archipelago" yang diterbitkan oleh Macmillan and Company, London pada 1869 dan habis dalam beberapa bulan.
"Total ada 10 edisi yagn diterbitkan selama Wallace hidup. Dan buku itu menjadi buku bersejarah karena satu-satunya buku yang terus dicetak ulang selama 1,5 abad selain kitab suci," kata Sangkot.
Dalam buku tersebut, Wallace menyebutkan dan mendiskripsikan 125.166 spesies yang diamati selama perjalanannya di Indonesia.
Sangkot menjelaskan Wallace membagi Indonesia menjadi empat bagian yaitu kelompok Indo Melayu, Kelompok Timor, Kelompok Celebes dan Kelompok Maluku.
Kelompok Melayu meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali; sedangkan Kelompok Celebes meliputi Sulawesi.
Kelompok Timor meliputi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan Kelompok Maluku terdiri dari Maluku dan Papua.
Wallace juga mengungkapkan teorinya bahwa ada satu garis maya yang memisahkan Indonesia bagian timur dan bagian barat karena berbedanya flora dan fauna kaera megnikuti perubahan permukaan bumi di masa lampau.
Naturalis dan ahli biologi tersebut juga menemukan nama-nama flora dan fauna nusantara lengkap dengan kedudukan spesies dan nama ilmiah dalam taksonomi.
Wallace juga memperhatikan karakter fisik dan mental manusia, serta mengamati suku-suku di kepulauan nusantara, khususnya dua suku besar yaitu Melayu dan Papua.
Catatan perjalanan dan pengamatan Wallace dituangkan dalam buku yang diterbitkan pertama kali pada 1869, berjudul "The malay Archipelago".
Dan 140 tahun kemudian, Komunitas Bambu menerjemahkan dan menerbitkan buku tersebut menjadi berjudul "Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam".
Sedangkan Prof Edy Sedyawati mengatakan pemberian judul "Kepuluan Nusantara" dari buku Wallacea yang berjudul "The Malay Archipelago" adalah solusi yang tepat, karena bakal aneh kalau diberi nama "Kepulauan Melayu".
Pada buku tersebut, lanjut Edy, Wallace menyertakan daftara kosakata dari 59 lokalitas/ suku bangsa.
Komunitas Bambu menerbitkan terjemahan Indonesia dari buku edisi kedua Wallace dengan 482 halaman termasuk indeks.
(T.N006/R009)
Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010