Jakarta (ANTARA) - Dari literatur sejarah, baik yang dinukilkan melalui buku-buku sejarah maupun tulisan-tulisan yang kini juga bisa diakses melalui media sosial (medsos), hubungan erat dan bersahabat antara Republik Indonesia (RI) dan Palestina, menjadi fakta kuat yang tidak terbantahkan.
Memang ada kontroversi terkait apakah Palestina menjadi negara yang pertama mengakui Kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 atau negara lain.
Perbedaan itu, salah satunya bisa dirujuk pada laman https://mojok.co/terminal/bukan-palestina-yang-mengakui-kemerdekaan-indonesia-pertama-kali-tetapi/.
Secara singkat disebutkan bahwa Mesir lah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto pada tanggal 22 Maret 1946, yang diikuti negara-negara anggota Liga Arab lain.
Keputusan Sidang Dewan Liga Arab pada tanggal 19 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab untuk mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Negara-negara yang termasuk ke dalam anggota Liga Arab, di antaranya adalah Syiria, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan.
Selanjutnya, pada 10 Juni 1947 dilakukan penandatanganan perjanjian persahabatan RI-Mesir, sekaligus merupakan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Mesir secara de jure.
Sementara anggapan kalau Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia berawal dari ucapan selamat seorang Mufti Agung Yerussalem Syekh Muhammad Amin Al-Husseini saat Perdana Menteri Jepang Kaiso pada September 1944 berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu dekat.
Syekh Muhammad Amin Al-Husseini yang pada saat itu berada di Berlin, Jerman, memberikan ucapan selamat kepada Indonesia lewat siaran radio yang disampaikan melalui siaran radio berbahasa Arab selama dua hari berturut-turut dari Berlin pada Tahun 1944.
Peristiwa itulah yang menjadi klaim bahwa Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, meski bukan pengakuan kedaulatan Indonesia secara sah, tetapi hanya sekadar dukungan kepada Indonesia karena pada 1944 itu Indonesia juga masih belum memproklamasikan kemerdekaannya.
"Mungkin akan lebih tepat jika dikatakan bahwa orang pertama yang memberikan ucapan selamat dan dukungan kepada Indonesia untuk kemerdekaannya adalah orang Palestina", demikian sebut tulisan tersebut.
Namun, lepas dari kontroversi tersebut, hubungan penting dan erat antara RI-Palestina hingga saat ini masih terawat dan terjaga, bahkan terus ditingkatkan, baik pada level pemerintahan maupun di masyarakat dan komunitas.
Salah satu bagian dari wilayah Palestina yang terus menjadi komitmen hubungan RI-Palestina adalah Jalur Gaza, wilayah kantong yang hingga kini diisolasi zionis Israel, sehingga kehidupan sosial, ekonomi dan kemanusiaan di wilayah itu terus memburuk.
Peristiwa duka
Barangkali, jika dirunut -- sejauh ini -- belum ada rujukan keterkaitan antara Gaza dan Pondok Pesantren Gontor, yang secara resmi dikenal dengan nama Pondok Modern Darussalam Gontor, yang berpusat di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Namun, hal itu terkait dan "nyambung" dengan peristiwa duka, yakni wafatnya Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Dr (H.C.) KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Lc, MA, pada Rabu, 4 Rabi'ul Awwal 1442 atau 21 Oktober 2020 pukul 15.50 WIB di kediamannya di Gontor, Ponorogo.
Almarhum adalah putra pertama dari KH Imam Zarkasyi, salah seorang "Trimurti" Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Sebutan Trimurti itu merujuk pada tiga bersaudara pendiri, yaitu KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fannanie dan KH Imam Zarkasyi.
Dalam laman https://www.gontor.ac.id/kepemimpinan-generasi-pertama disebutkan bahwa "Trimurti" semuanya sudah wafat.
Pada 1967 KH Zainuddin Fanani, salah seorang dari Trimurti pendiri wafat, disusul oleh KH Ahmad Sahal (1977) dan KH Imam Zarkasyi (1985) pun pergi menghadap Ilahi, menyusul kedua kakaknya.
Sepeninggal Trimurti, tongkat estafet kepemimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor diserahkan kepada generasi kedua.
Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor menetapkan tiga Pimpinan Pondok untuk memimpin Gontor pasca-Trimurti. Ketiga pimpinan itu adalah KH Shoiman Luqmanul Hakim (wafat 3 Januari 1998), KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (wafat 21 Oktober 2020), dan KH Hasan Abdullah Sahal.
Shalat ghaib
Lantas, apa hubungan Gontor dengan Gaza, Palestina?
Ternyata kaum Muslim di Gaza, Palestina, menggelar shalat ghaib untuk almarhum KH Dr (H.C.) Abdullah Syukri Zarkasyi, Lc. MA.
.
Lembaga sosial kemanusiaan asal Indonesia, Nusantara Palestina Center (NPC) yang diketuai sukarelawan Abdillah Onim -- yang menetap di Gaza -- memfasilitasi dan mengoordinasikan shalat ghaib itu pada 24 Oktober 2020.
"Wafatnya KH Dr (H.C.) KH Abdullah Syukri Zarkasyi, Lc., M.A., meninggalkan duka yang sangat mendalam, tak terkecuali bagi kaum Muslim di Palestina, termasuk di Gaza," kata Abdillah Onim saat menghubungi ANTARA dari Gaza.
Puluhan jamaah Muslim Palestina melakukan shalat gaib guna mendoakan almarhum Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo itu.
Shalat ghaib yang dilakukan di Masjid Raya Umari, Kota Jabalia, Gaza bagian utara itu dipimpin oleh ulama Gaza Syeikh Mahmoud Abo Jamil.
Puluhan anggota jamaah tampak khusyuk selama menjalani serangkaian shalat gaib tersebut.
Syeikh Mahmoud, atas nama Muslim Palestina, menyampaikan ucapan bela sungkawa atas wafatnya ulama dan tokoh agama di Indonesia, yang juga sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Gontor, KH Abdullah Syukri Zarkasyi.
"Atas nama Muslim Palestina, kami menyampaikan ucapan bela sungkawa atas wafatnya ulama dan tokoh agama di Indonesia KH Abdullah Syukri Zarkasyi," katanya.
Setelah melaksanakan shalat gaib, puluhan anggota jamaah Muslim Palestina ini memanjatkan doa bagi almarhum. Mereka juga membacakan ayat dan doa dari Kitab Suci Al Quran bagi almarhum KH Abdullah Syukri Zarkasyi.
"Shalat ghaib untuk almarhum KH Abdullah Syukri Zarkasyi tersebut sebagai bentuk bukti ikatan batin yang mendalam antara Indonesia dan Palestina," kata Abdillah Onim.
Nama besar dan mendunianya Gontor, di sisi lain, adalah juga fakta kuat yang tak terbantahkan.
Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke Ponorogo untuk meresmikan Gedung Utama Universitas Darussalam Gontor (UNIDA) yang sekaligus merupakan rangkaian milad ke-90 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo pada Senin (19/9/2016) juga menyampaikan hal itu.
Kala itu, Kepala Negara bersama rombongan disambut oleh Rektor UNIDA Prof Dr Amal Fathullah Zarkasyi, M.A, dan saat berkunjung ke pondok pesantren disambut pimpinan Pondok Modern Gontor Darussalam KH Hasan Abdullah Sahal.
Presiden sangat mengapresiasi atas kesuksesan Gontor yang sangat membanggakan bagi Indonesia, apalagi santri Gontor bukan hanya dari Sabang, Aceh, hingga Merauke, Papua, namun juga berasal dari berbagai belahan dunia.
Pada saat itu, seperti dikutip dari (https://regional.kompas.com/read/2016/09/19/16151521/presiden.jokowi.pondok.pesantren.gontor.sudah.mendunia), KH Hasan Abdullah Sahal mengungkapkan bahwa seluruh presiden RI sudah pernah berkunjung ke Gontor, namun ada hal yang berbeda.
Namun, katanya, baru kali ini presiden yang membawa ibu negara dalam kunjugannya ke Gontor.
KH Hasan Sahal juga berharap kedatangan Presiden Jokowi dapat memotivasi santrinya menjadi presiden, apalagi sejak berdiri hingga sekarang, Pondok Gontor telah melahirkan pemimpin-pemimpin dan tokoh nasional.
*) Alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor Putri I
Pewarta: Andi Jauhary dan Rifa F Salsabila*)
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020