Jakarta (ANTARA) - Seniman Gunawan Maryanto menjadi salah satu nomine Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2020.
Ketika semalam daftar nominasi dibacakan, aktor yang membintangi "Hiruk-Pikuk Si Alkisah" (The Science of Fictions) itu sedang mengadakan pertunjukan. Kabar baik ini didapatkan dari kawan-kawannya usai pertunjukan.
Baca juga: Wayang ala Wayang Bocor
"Bagi saya, ini satu apresiasi dalam karier saya di keaktoran, baik film dan teater... Ini makin membuat saya lebih percaya diri menjalani karier ini," kata Gunawan dalam konferensi pers daring FFI, Minggu.
Menurut pemeran Widji Thukul dalam "Istirahatlah Kata-Kata", Festival Film Indonesia adalah salah satu tolok ukur untuk perfilman Indonesia yang paling terkuat saat ini. Gunawan mengatakan perjalanan Festival Film Indonesia dari masa ke masa telah menggerakkan hatinya.
"Saya ingat waktu kelas 3 SD tahun '84, FFI di Yogyakarta, saya nonton arak-arakan para aktor. Itu salah satu yang memotivasi saya sebagai seorang aktor."
Selain nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik, film "Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah (The Science of Fictions)" mendapatkan total 10 nominasi pada Festival Film Indonesia 2020.
Film yang disutradarai Yosep Anggi Noen ini juga mendapat nominasi pada kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Busana Terbaik dan Penata Rias Terbaik.
Sutradara Yosep Anggi Noen pada November 2019 menuturkan alasan pemilihan Gunawan Maryanto sebagai pemeran utama "Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah (The Science of Fictions)"
"Mas Gunawan Maryanto itu guruku juga. Sejak dulu dia aktif di teater, dan film ini kan tentang tubuh dan kesadaran tubuh, bergerak. Saya rasa tidak ada orang yang lebih tepat selain Gunawan Maryanto," kata Anggi kepada ANTARA ditemui di Festival Film Internasional Tokyo 2019.
Anggi menuturkan, Gunawan bisa membahasakan sebuah situasi yang rumit ke dalam gerak tubuh secara sederhana.
"Tidak ada satu kata yang muncul dari mulut pemain utama ini, jadi bayangkan kalian nonton film nanti pemain utamanya tidak ngomong sama sekali, tapi bergerak untuk 'bicara'."
Film ini berkisah tentang Siman, seorang pemuda di pelosok Yogyakarta yang melihat pengambilan gambar pendaratan manusia di bulan oleh kru asing di Pantai Parangtritis, Yogyakarta pada tahun 60-an.
Dia ditangkap dan dipotong lidahnya. Setelah itu, Siman menjalani hidupnya dengan bergerak lambat anti-gravitasi sebagaimana astronot di ruang angkasa. Penduduk desa menganggap Siman gila karena Siman membangun bangunan mirip roket di belakang rumahnya.
Baca juga: Tiga film Indonesia diputar di Festival Film Tokyo 2019
Baca juga: Borong nominasi Piala Citra, Joko Anwar ungkap misi berkarya
Baca juga: Daftar nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia 2020
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020