Kandahar (ANTARA News/Reuters) - Serangan bom mobil bunuh diri terhadap sebuah kompleks perusahaan keamanan asing di kota Kandahar, Afghanistan selatan, Kamis, menewaskan sejumlah warga asing dan aparat Afghanistan, kata beberapa pejabat.

Serangan itu terjadi beberapa jam setelah ledakan bom mobil besar di pusat kota itu, yang diguncang banyak serangan akhir-akhir ini menjelang ofensif besar-besaran pasukan AS yang direncanakan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang.

"Serangan itu dilakukan terhadap sebuah perusahaan keamanan. Ada korban. Beberapa warga asing terluka dan tewas, sejumlah penjaga keamanan tewas," kata Ahmad Wali Karzai, ketua dewan provinsi Kandahar, kepada Reuters.

Ia menyatakan, laporan awal menunjukkan bahwa tiga warga asing tewas dan sembilan orang cedera.

Seorang polisi bernama Mohammad Nabi mengatakan, tujuh pekerja asing yang diperkirakan warga Inggris tewas dalam ledakan itu. Dua sumber keamanan lain mengatakan, ada enam orang yang tewas, termasuk tiga warga asing.

Seorang dokter di rumah sakit Kandahar bernama Farhad mengatakan, satu warga asing yang tewas telah dibawa ke kamar mayat. Enambelas orang Afghanistan dan satu warga asing yang cedera dirawat di fasilitas medis itu, tambahnya.

Serangan itu terjadi beberapa jam setelah bom mobil lain meledak di dekat sebuah hotel, menghancurkan sejumlah toko dan mobil. Nabi mengatakan, enam orang cedera dalam serangan pertama.

Juga Kamis, empat prajurit Jerman tewas dan lima lain cedera dalam serangan di Afghanistan, kata Berlin.

Prajurit-prajurit itu diserang granat anti-tank atau rudal ketika mereka sedang bepergian dari kota wilayah utara, Kunduz, menuju Baghlan, sebuah pangkalan Taliban, kata sumber-sumber militer.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang delapan tahun di negara itu.

Marinir AS saat ini memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Saat ini terdapat lebih dari 120.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010