Kolombo (ANTARA News/AFP) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mendesak Sri Lanka menghormati hak asasi manusia dan mengatasi perbedaan-perbedaan di kalangan masyarakat setelah konflik etnik mematikan selama puluhan tahun di negara itu berakhir.
Dalam pesan yang menandai Tahun Baru Sri Lanka dan dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS di Kolombo pada Kamis, Hillary mengatakan bahwa kemenangan pemerintah atas pemberontak Macan Tamil setahun lalu telah membuka jalan bagi sebuah era baru.
"Ini sebuah peluang bagi rakyat Sri Lanka dari segala latar-belakang, yang tinggal di dalam dan luar negeri, untuk memperbarui hubungan dan bekerja bersama-sama membangun sebuah negara demokratis, makmur, dengan toleransi dan penghormatan atas hak asasi manusia," kata menteri AS itu.
"AS ingin mendukung anda dalam perjalanan ini dan membangun hubungan persahabatan yang bahkan lebih kuat," tambahnya.
Sri Lanka menuduh AS mendukung oposisi dalam pemilihan presiden pada Januari lalu yang mendudukkan lagi Mahinda Rajapakse ke tampuk kekuasaan untuk masa jabatan kedua.
Washington membantah tuduhan itu namun hubungan mereka tetap tegang.
AS menangguhkan pelatihan militer bagi prajurit Sri Lanka sejak menuduh Kolombo melakukan pelanggaran atas hak asasi manusia dalam tahap-tahap akhir perang dengan Macan Tamil.
Pemerintah Washington juga mendorong penyelidikan independen atas tuduhan kejahatan perang yang dilakukan kedua pihak dalam konflik tersebut.
PBB memperkirakan lebih dari 7.000 warga sipil tewas dalam konflik empat bulan antara pasukan pemerintah dan pemberontak Macan Tamil.
Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.
Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.
Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.
Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.
Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.
Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.
Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.
Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.
Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.
Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010