Samarra, Irak (ANTARA News/AFP) - Pihak berwenang telah menemukan mayat sembilan petugas pemadam kebakaran dan lima orang sipil yang diculik oleh Al-Qaeda, kata seorang kolonel polisi Irak, Kamis.
Para petugas pemadam kebakaran itu, yang ditangkap dua tahun lalu dan semuanya ditembak mati di kepala atau tubuh, ditemukan di sebuah sumur di Shnana, 12 kilometer sebelah barat Samarra di provinsi Salaheddin, bekas benteng Al-Qaeda, kata perwira itu.
Mayat lima warga sipil ditemukan di daerah gurun sebelah utara Baghdad, kata kolonel yang tidak bersedia disebutkan namanya itu, dengan menambahkan bahwa mayat ke-14 orang itu ditemukan setelah pihak berwenang memperoleh informasi dari gerilyawan yang ditahan.
Imad al-Juburi, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Tikrit, mengkonfirmasi bahwa mayat 14 pria telah diterima di fasilitas itu, semuanya dalam kondisi membusuk.
Samarra adalah sebuah kota Sunni namun merupakan lokasi bagi tempat suci Imam Syiah Ali Hadi yang juga dikenal sebagai Al-Askri.
Para tersangka militan Al-Qaeda membom tempat suci itu pada 22 Februari 2006, sebuah serangan yang menyulut konflik sektarian besar-besaran Syiah-Sunni di Irak yang menewaskan puluhan ribu orang.
Keadaan di Baghdad dan beberapa kota lain Irak memanas akhir-akhir ini setelah pemilihan umum 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas, yang mengarah pada kekhawatiran mengenai kevakuman politik dan keamanan.
Rabu, empat orang, termasuk seorang jendral kontra-terorisme, tewas dalam serangan-serangan bom di Baghdad, sementara dua prajurit tewas dalam penembakan di Mosul, Irak utara.
Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi di Baghdad dan daerah lain.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003. (M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010