"Kerbau di Mamasa mahal-mahal dan harganya bisa tembus hingga Rp150 juta/ekor, dengan catatan kerbau itu adalah kerbau belang atau tedong Bonga,"kata Bupati Mamasa, Obed Nego Depparinding, usai menghadiri acara Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) tingkat Provinsi Sulbar, di Gedung PKK Mamuju, Kamis.
Menurut Obed, kerbau belang berumur dua hingga tiga tahun tersebut, nilai jualnya sangat tinggi hingga ratusan juta rupiah. "Kerbau jenis belang itu diperuntukkan untuk disembelih saat acara ritual kematian bagi bangsawan hadat di daerah Mamasa," kata dia.
Obed menjelaskan, biaya yang dibutuhkan pada acara ritula kematian bagi bangsawan hadat sangat mahal, makanya, para bangsawan hadat sejak dini melakukan pengembangan ternak kerbau belang untuk persiapan saat acara kematian bagi kalangan keluarga hadat.
"Jika mereka (Bangsawan hadat.red) tak memiliki kerbau, maka keluarga mereka harus segera mencari Kerbau belang untuk disembelih dalam acara ritual itu, konon, jika tidak disembelih dengan kerbau belang, maka arwah yang meninggal akan tetap "gentayangan" bahkan acara itu sudah berlangsung turun temurun dan menjadi suatu kewajiban bagi bangsawan hadat untuk menyembelih Kerbau belang," tuturnya.
Ia mengatakan, acara ritual itu mirip dengan pelaksanaan bagi bangsawan hadat di Kabupaten Tanah Toraja (Tator), Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memang memiliki garis keturunan yang sama.
"Tator dan Mamasa memiliki banyak kesamaan khususnya ritual pelaksanaan kematian bagi bangsawan hadat yang memang memiliki garis keturunan yang sama," jelasnya.
Dia menjelaskan, hingga saat ini kerbau Belang di Mamasa belum mengalami kepunahan, karena rata-rata masyarakatnya tetap melestarikan hewan kerbau Belang yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat bangsawan hadat di Mamasa.
"Peterenak di Mamasa masih mengembangkan hewan kerbau belang, meski pun pangsa pasarnya hanya terdapat di Mamasa dan Toraja," kata dia. (KR-ACO/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010