Bandarlampung (ANTARA News) - Sejumlah warga Lampung mengharapkan pemerintah mengubah fungsi, kewenangan, dan tugas satuan polisi pamong praja (Satpol PP), sehingga tidak bersifat seperti militer atau polisi.
"Mungkin lebih baik diganti namanya bukan lagi polisi pamong praja. Ganti saja misal dengan satuan tugas pamong praja atau satgas PP, dan fungsinya diganti jangan seperti eksekutor yang menganiaya warga," kata Hermansyah, warga Bandarlampung, Kamis.
Sebab, lanjut dia, dengan melekatnya kata polisi menjadikan sebagian besar Pol PP bersikap layaknya polisi, padahal batasan dan kewenangannya berbeda.
Hermansyah menambahkan, selama ini Pol PP hampir selalu berbenturan dengan warga, padahal tugas mereka tidak untuk "merangsek" tetapi melindungi warga.
"Melindungi di sini seperti menjaga ketertiban di arena perkantoran atau pasar. Namun, kenyataannya mereka jarang sekali ada di pasar. Ketika ada selalu berurusan dengan penggusuran atau pengusiran pedagang kaki lima. Sehingga menjadi `musuh` warga bukan untuk mengayomi," katanya.
Warga lainnya, Supriyanto, yang tinggal di Hajimena, Lampung Selatan, berpendapat dengan kejadian di Tanjung Priok, semestinya pemerintah segera mengambil langkah jangan sampai hal tersebut berlanjut.
"Bisa saja setelah kejadian itu, justru warga yang selama ini `segan` dengan Pol PP, akan melakukan aksi penolakan ketika terjadi penggusuran. Sebelum hal tersebut terjadi, harus dicegah dengan cara membenahi fungsi Pol PP itu," katanya.
Ia pun mengharapkan tugas Pol PP bukan sebatas menertibkan hampir sebagian besar dengan cara kekerasan, tidak mengedepankan sikap sebagai pengayom.
"Ketika menjadi berita hampir di semua daerah, Pol PP bentrok dengan warga atau pedagang. Memang mereka menjalankan tugas, tetapi perlu diubah paradigmanya," kata laki-laki yang bekerja di salah satu instansi pemerintah itu.
Seorang pedagang kaki lima di kawasan Pasar Bambukuning, Bandarlampung, Rizal mengharapkan pembubaran Pol PP, karena dinilai arogan.
"Mereka sering arogan kalau melakukan penertiban atau razia. Semestinya dengan pendekatan yang manusiawi. Kalau dengan kekerasan, kami pun bisa melawan," katanya.
(T.T013/A033/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010