Hukum dan ketertiban telah runtuh di wilayah terpencil itu sejak pemberontak yang sebagian besar bukan-Arab mengangkat senjata melawan pemerintah Sudan yang didominasi-Arab pada 2003, dengan menuduh pemerintah itu telah mengabaikan wilayah tersebut.
"Mereka telah diculik. Kami telah berusaha semampu kami untuk meyakinkan mereka akan dibebaskan tanpa cedera," kata juru bicara pasukan UNAMID Nouredine Mezni pada Reuters. Ia menambahkan, mereka tidak tahu kelompok yang telah melakukan penculikan itu.
Menurut dia, pasukan itu sejauh ini tidak menerima pesan apapun dari para penculiknya, yang juga menyita kendaraan penjaga perdamaian tersebut.
Darfur telah menyaksikan gelombang penculikan atas orang asing, termasuk pejabat UNAMID, dalam setahun terakhir, sebagian besar oleh pemuda-pemuda bersenjata yang minta uang tebusan.
Sejumlah pria bersenjata sekarang menculik sedikitnya 18 orang asing di Darfur dan persis di seberang perbatasannya di Chad dan Republik Afrika Tengah yang berdekatan.
Organisasi-organisasi kemanusiaan yang bekerja dengan lebih dari 4,7 juta orang yang terperangkap dalam konflik itu telah menanggapi dengan menarik sebagian besar staf asingnya kembali ke kota-kota penting di Darfur.
Tapi ada pertanda bahwa para penculik itu telah menjadi lebih berani, menangkap tawanan dekat permukiman-permukiman besar.
Dua staf sipil UNAMID, satu pria Nigeria dan satu wanita Zimbabwe, ditangkap di kompleks mereka di kota Zalingei di Darfur barat pada Agustus dan dibebaskan lebih dari 100 hari kemudian.
Sandera asing terakhir di Darfur, pekerja Palang Merah Gauthier Lefevre, telah diambil di dekat ibukota Darfur barat, El Geneina, dan dibebaskan bulan lalu setelah 147 hari ditawan.
Pemerintah Sudan telah menolak membayar uang tebusan untuk memecahkan penculikan. Tapi kelompok bantuan megkhawatirkan sedikitnya rumor mengenai pembayaran besar telah menambah kecenderungan itu.
Semua tawanan hingga insiden pekan ini telah dibebaskan tanpa cedera.
Mazni menyatakan pasukan itu telah membentuk pusat manajemen krisis di Nyala dan ibukota Darfur utara, El Fasher, serta bekerjasama dengan para pejabat pemerintah Sudan.
Kelompok-kelompok bantuan di Darfur melaporkan peningkatan permusuhan pada pekerja mereka setelah Pengadilan Kejahatan Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al Bashir untuk menghadapi tuduhan kejahatan perang di Darfur pada Maret 2003.
Bashir menuduh kelompok kemanusiaan telah memberikan informasi pada pengadilan tersebut, tuduhan yang mereka bantah.
Penculikan, yang sebelumnya hampir tak terdengar di wilayah itu, mulai segera setelah dakwaan tersebut.
UNAMID melaporkan keempat penjaga perdamaian itu telah hilang awal pekan ini tapi pada waktu itu mengatakan mereka tidak tahu apa yang telah terjadi pada para penjaga perdamaian tersebut. (S008/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010