Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah perpustakaan yang tidak hanya sebagai tempat mencari ilmu pengetahuan dari koleksi yang ada tapi sebagai juga tempat pemberdayaan masyarakat dan pusat kebudayaan

Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia bertransformasi untuk meningkatkan literasi masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, berkarakter dan memiliki keterampilan.

"Perpustakaan bukan hanya sebagai pusat sumber informasi tetapi lebih dari itu sebagai tempat mentransformasikan diri sekaligus sebagai pusat sosial budaya dengan memberdayakan dan mendemokratisasi masyarakat dan komunitas lokal dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi dalam webinar Ngobrol Bareng Perpusnas dengan LKBN ANTARA bertema "Peran Perpustakaan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Saat Pandemi" di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan literasi berkontribusi positif dalam membantu menumbuhkan kreatifitas dan inovasi serta meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial yang sangat di butuhkan pada era revolusi industri 4.0.

Untuk itu, Perpusnas berupaya meningkatkan literasi, inovasi, dan kreatifitas bagi terwujudnya masyarakat yang berpengetahuan dan berkarakter.

Menurut dia transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan optimalisasi peran perpustakaan sebagai pembelajaran sepanjang hayat (long life education).

Dengan memanfaatkan perpustakaan, masyarakat akan mampu untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan yang akan berimplikasi kepada kesejahteraan mereka.

"Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah perpustakaan yang tidak hanya sebagai tempat mencari ilmu pengetahuan dari koleksi yang ada tapi sebagai juga tempat pemberdayaan masyarakat dan pusat kebudayaan," katanya menegaskan.

Ia mengatakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.

Transformasi perpustakaan itu diwujudkan dalam empat peran, yakni perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat kegiatan masyarakat, dan pusat kebudayaan; perpustakaan dirancang lebih berdaya guna bagi masyarakat; perpustakaan menjadi wadah untuk menemukan solusi dari permasalahan kehidupan masyarakat; serta perpustakaan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

Adapun tujuan dari kebijakan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah untuk meningkatkan literasi informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat peran dan fungsi perpustakaan agar tidak hanya sekadar tempat penyimpanan dan peminjaman buku tapi menjadi wahana pembelajaran sepanjang hayat dan pemberdayaan masyarakat.

Untuk mewujudkannya, Perpusnas melakukan program transformasi dengan lima kegiatan utama yaitu pembangunan kapasitas melalui bimbingan teknis, pendampingan rutin berkelanjutan, dan pertemuan untuk pembelajaran teman sejawat (peer learning meeting) di tingkat nasional dan provinsi; penyediaan dukung untuk peningkatan layanan informasi melalui koleksi bahan pustaka, komputer dan internet; membangun sinergi multi pemangku kepentingan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, sampai ke tingkat desa.

Kemudian, Perpusnas juga melakukan kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran; serta publikasi untuk membangun kesadaran masyarakat dan promosi layanan perpustakaan, demikian Deni Kurniadi.

Baca juga: Perpusnas diminta DPR permudah akses membaca di kawasan 3T

Baca juga: Perpusnas dorong perpustakaan jadi pelopor gerakan literasi masyarakat

Baca juga: Perpusnas puji peran Bunda Baca dalam tingkatkan minat baca

Baca juga: Perpusnas : Keluarga berperan penting hadirkan iklim literasi

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020