Pekanbaru (ANTARA News) - Suhu udara dengan cuaca panas di Provinsi Riau pada siang hari di sejumlah daerah seperti Kota Pekanbaru dalam sepekan terakhir ini mencapai 35,4 sampai 35,5 derajat Celsius.
"Sepekan terakhir temperatur udara di Riau bertahan pada cuaca panas, siang hari ini temperatur maksimum 35,4 derajat Celcius di Pekanbaru," kata Ketua Kelompok Analisa dan Prakiraan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Marzuki, di Pekanbaru, Selasa.
Dia mengatakan, posisi matahari yang masih berada di dekat garis ekuator telah menjadi salah satu penyumbang teriknya kondisi cuaca di Riau kendati provinsi itu sedang berada pada musim hujan.
Kondisi cuaca itu, lanjutnya, juga diperburuk oleh tiupan angin dari barat di Samudra Hindia yang mengandung badai tropis bertekanan rendah serta tiupan dari sebelah utara benua Australia, yang mengarah ke Riau.
Angin yang bertiup dari Samudera Hindia dan Australia mengarah ke Riau itu bersifat kering sehingga menjadi penyumbang panasnya udara di Bumi Lancang Kuning yang hutannya telah banyak beralih fungsi.
Kerusakan kawasan hutan Riau yang cukup tinggi akibat pembukaan areal menjadi lahan perkebunan milik perusahaan besar dan pemukiman warga telah menyebabkan peningkatan suhu di provinsi itu cukup ekstrem.
"Kondisi cuaca itu telah menyebabkan suhu udara pada siang hari terasa terik dan terkadang disertai hujan pada sore hari, namun warga tetap merasa gerah pada malam hari dampak dari rumah kaca seperti pemakaian mesin pendingin udara yang terus meningkat," jelasnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (LBH) Riau, Fadrizal Labai, menyatakan, suhu panas yang terjadi dalam sepekan terakhir di provinsi itu telah menimbulkan kerawanan terhadap kebakaran hutan dan lahan.
"Dengan kondisi cuaca itu kami meminta warga dan perusahaan besar di Riau tidak sembarangan membuka lahan dengan melakukan aktivitas pembakaran. Jika tidak mampu dikendalikan maka akan menimbulkan dampak negatif bagi kualitas udara yang dihirup," ujarnya.
(T.M046/Z002/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010