Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA dari sejumlah warga Desa Petani, Senin, amukan gajah tersebut terus menghantui mereka karena kawanan spesies yang dilindungi negara itu bisa kapan saja menyerang tanpa mengenal waktu.
"Kami sangat ketakutan dan tidak merasa nyaman tidur di rumah. Oleh karena itu, kami mohon kepada Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk memberi perhatian, sekaligus perlindungan," kata Rianto (47), warga Desa Petani.
Beberapa bulan terakhir ini, menurut dia, sejumlah perkampungan di Desa Petani menjadi sasaran kawanan gajah tersebut untuk mencari makanan.
"Sebelumnya, pengusiran terhadap hewan itu dilakukan dalam waktu 2-3 jam. Kini, memakan waktu yang jauh lebih lama, yakni 1-2 kali 24 jam," ujarnya.
Bahkan, masih cerita Rianto, seiring ditemukan seekor balita gajah yang tewas dengan kondisi mengenaskan di dalam kubang (resapan air, red.) yang berada di lahan perkebunan milik salah seorang warga di sana.
Menanggapi permintaan Rianto, Ketua Gerakan Masyarakat Peduli Alam dan Lingkungan (Gempal) Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau, H. Slamat Simamora, berjanji akan segera menyampaikan keluhan warga tersebut ke Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
"Jika perlu, kami akan melaporkan kasus tersebut ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam, red.) Pusat untuk segera menuntaskan," kata Simamora menegaskan. (FZR/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010