Kami melakukan revisi, sebelumnya merilis pertumbuhan ekonomi triwulan II minus 1,37 persen, tapi sebenarnya minus 1,53 sehingga ....
Palembang (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tercatat -1,4 persen pada triwulan III (Juli-September) 2020 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) atau lebih baik dari angka nasional yang mencatat -3,49 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Endang Triwahyuningsih dalam rilis pers secara virtual di Palembang, Kamis, mengatakan jika dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan II maka capaian pada triwulan III ini terjadi perbaikan yakni dari -1,53 persen menjadi -1,4 persen.
“Kami melakukan revisi, sebelumnya merilis pertumbuhan ekonomi triwulan II minus 1,37 persen, tapi sebenarnya minus 1,53 sehingga dengan asumsi itu maka ada perbaikan ekonomi di daerah ini,” kata Endang.
Baca juga: BPS: Ekonomi menunjukkan tanda pemulihan, meski masih terkontraksi
Ia menerangkan angka pertumbuhan ekonomi Sumsel ini juga lebih baik jika dibandingkan untuk regional Sumatera yang mencatat -2,22.
“Jika dilihat secara qtq, mlada pertumbuhan 4,12 persen. Artinya ekonomi sudah mulai membaik, sudah mulai bergeliat,” kata dia.
Sementara secara komulatif (ctc) dari triwulan 1 hingga triwulan III jika dibandingkan 2019 tercatat masih tumbuh positif yakni 0,56 persen.
Ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi di daerah ini terus membaik di tengah pandemi COVID-19 karena ditopang oleh sektor pertanian.
Baca juga: Ekonomi RI kontraksi 3,49 persen, pengamat nilai masih dalam
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, provinsi yang tercatat pada sektor pertanian tetap mengalami pertumbuhan karena bidang ini tangguh selama pandemi.
Sementara itu, ia tak menyangkal bahwa ekonomi Sumsel tumbuh minus karena terjadi kontraksi di tiga sektor utama yang selama ini menjadi penopang perekonomian yakni industri, pertambangan dan pertanian.
Pada triwulan III ini, yang tetap tumbuh positif hanyalah real estate, komunikasi, administrasi pemerintah, jasa keuangan dan jasa kesehatan,
“Pertambangan menjadi sumber kontraksi tertinggi di Sumsel disusul pertanian, perdagangan, transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minum,” kata dia.
Ia mengatakan pengaruh COVID-19 demikian terasa di Sumsel karena daerah ini juga bertumpu pada ekspor karet, batub ara dan bubur kayu yang terkontraksi -26,56 persen. Selain itu, realisasi belanja pemerintah juga mengalami penurunan -12,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Sejauh ini, ekspor juga belum bisa mengejar jika dibandingkan tahun lalu, ya karena tahun ini ada COVID-19 sehingga negara tujuan juga melakukan pembatasan,” kata dia.
Pertumbuhan ekonomi dareah ini diharapkan semakin membaik di triwulan IV 2020 karena ada momen pilkada yang diharapkan dapat memicu aktivitas ekonomi.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020