Kupang (ANTARA News) - Sumber mata air Baumata, sekitar 12 km selatan Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terus mengalami penyusutan akibat kawasan hutan di bagian hulunya terus mengalami perusakan berupa aksi penebangan liar.

"Jika musim kemarau tiba, debit air Baumata turun drastis sehingga tidak mampu mensuplai kebutuhan air minum bagi masyarakat Kota Kupang dan sekitarnya secara total. Semuanya ini terjadi akibat adanya aksi perusakan hutan di daerah hulu yang menjadi daerah resapan air," kata Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kupang Masya Djonu di Kupang, Senin.

Masyarakat desa di wilayah Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, seperti di Desa Baumata, Oeletsala, Bismarak sampai Baun, sudah lama memotong dan menebang kayu usia muda berdiameter antara 5-10 cm untuk dijual kepada para kontraktor di Kupang sebagai tiang penyangga bangunan.

Hampir semua ruas jalan dalam wilayah kecamatan tersebut sampai Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, terlihat batangan pohon muda dengan ukuran panjang antara 4-6 meter, bertengger di sepanjang jalan tersebut.

"Satu batang (pohon ukuran kecil dengan diameter sekitar lima centimer, red), kami jual dengan harga Rp3.000. Jika ukurannya agak lebih besar (diameter sekitar 10 cm, red), kami jual dengan harga Rp4.000/batang," kata Yunus Bahas, seorang warga Kampung Meunfini, Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu.

Hal yang sama dibenarkan pula oleh Johanes Nefu, warga Desa Oeletsala, Kecamatan Taebenu. "Hampir semua batangan kayu untuk penyangga bangunan ini dijual rata-rata dengan harga Rp3.000/batang sampai Rp4.000/batang," katanya.

"Jika harus diantar langsung sampai ke tujuan, harganya naik menjadi Rp3.500/batang sampai Rp4.500/batang," ujar Nefu.

Menurut Bahas, jika mereka antar langsung dengan truk atau pick-up ke tempat tujuan maka harga sewa kendaraan bernilai sekitar Rp250.000.

Para penjual kayu gelondongan usia muda itu mengaku bahwa setiap kali melewati pos penjagaan selalu dikenakan pungutan senilai Rp200/batang.

Hal itu dibenarkan oleh Jeremias Humau, petugas pos jaga di pintu Baumata. "Setiap kendaraan yang lewat memuat kayu atau batangan kayu tetap dipungut retribusi sebesar Rp200/batang," katanya ketika dikonfirmasi di pos jaga Baumata.

Direktur Utama PDAM Kupang Masya Djonu mengakui bahwa sumber mata air Baumata yang memberi kontribusi terbesar bagi PDAM Kupang dalam melayani kebutuhan air minum bagi masyarakat Kota Kupang dan sekitarnya, terus mengalami ancaman.

"Jika musim kemarau tiba, debit air Baumata turun drastis sehingga tidak mampu melayani kebutuhan masyarakat secara total," ujarnya.

Ia mengharapkan masyarakat di sekitar sumber mata air Baumata untuk menghentikan kebiasaan menebang pohon di sekitar itu, karena akan mengganggu debit air pada musim kemarau.

"Kelestarian hutan di daerah hulu harus tetap dijaga guna menghindari kemerosotan ekosistem yang menjadi sumber resapan air," katanya menegaskan.
(T.L003/P004/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010