Sejak IPN dibuka tahun 2003, tercatat 91 persen pesertanya adalah orang asli Papua.

Timika (ANTARA) - PT Freeport Indonesia (PTFI) terus berupaya meningkatkan daya saing sumber daya manusia Papua menyambut bonus demografi Indonesia pada 2030.

Salah satu program yang terus berjalan yaitu penyediaan akses pendidikan bagi masyarakat Papua melalui Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) sebagai lembaga pendidikan vokasi non-formal, sekaligus pelopor pengembangan standarisasi tes penilaian kerja di Papua.

Direktur IPN Soleman Faluk di Timika, Rabu, mengatakan IPN yang berlokasi di Kuala Kencana, Timika, dibangun oleh PTFI sejak 2003.

IPN berfokus pada pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan karakter dengan 91 persen siswanya merupakan siswa asli Papua.

Beberapa program utama di IPN antara lain pelatihan kompetensi dasar (literasi), program MBA bagi karyawan bekerja sama dengan Sekolah Bisnis IPB, magang untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan, Papuan Sustainable Human Capital untuk meningkatkan kemampuan dasar dan kedisiplinan kerja, serta pelatihan kepemimpinan.

“Demografi Indonesia tahun 2030 dapat menjadi sebuah bonus yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk dapat berkembang menjadi negara maju di dunia. Untuk itu, PTFI melalui Institut Pertambangan Nemangkawi terus mewujudkan komitmennya untuk membantu pemerintah mencetak generasi-generasi muda Papua yang unggul dan berdaya saing global, khususnya di bidang pertambangan,” kata Soleman.

Indonesia kini mengalami proses perubahan struktur penduduk, dimana jumlah dan persentase penduduk berusia produktif, yakni penduduk yang berusia 15 tahun sampai 64 tahun, kian merangkak naik.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk berusia produktif ini akan mencapai lebih dari 200 juta orang, atau sekitar 70 persen dari total populasi Indonesia pada 2030.

Komposisi ini akan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan populasi berusia produktif terbanyak di Asia Tenggara.

Melihat potensi tersebut, IPN terus beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan industri, hingga kini telah memiliki 15 jurusan teknik, seperti Heavy Duty Mechanic, Miner Underground, Electrician, dan Construction.

Pelatihan teknik las oleh instruktur kepada siswa dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) siap kerja sesuai kebutuhkan industri. (ANTARA/PTFI)

Selain itu, IPN juga memiliki program non-teknis, yang meliputi program D3 bisnis administrasi dan tata niaga, serta Papuan Bridge Program (program pelatihan kewirausahaan dan pembekalan tenaga siap kerja).

Berkat kurikulumnya yang lengkap, IPN berhasil membuat PTFI memecahkan rekor MURI sebagai “Perusahaan Tambang dengan Program Pengembangan dan Pelatihan Terlengkap bagi Masyarakat Lokal”.

Sebagai upaya untuk menyetarakan kualitas pendidikan pertambangan di IPN, PTFI juga telah bermitra dengan berbagai lembaga pemerintahan dan pendidikan, seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Institut Teknologi Bandung, Politeknik Negeri Semarang, Universitas Cendrawasih, Universitas Papua, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

Selain itu PTFI juga berkolaborasi dengan beberapa perusahaan kontraktor untuk memberikan penguatan keterampilan kerja dan peningkatan kualitas guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Timika.

Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko) Georgorius Okoare memberikan rekognisi atas peran PTFI melalui IPN terhadap peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia Papua, sehingga banyak anggota masyarakat yang dapat terlibat dalam bekerja di lingkungan perusahaan, baik PTFI maupun kontraktornya.

Sejak IPN dibuka tahun 2003, tercatat 91 persen pesertanya adalah orang asli Papua.

Hingga 2020 IPN sudah meluluskan lebih dari 3.900 siswa, dan 2.700 orang di antaranya telah bergabung bersama PTFI.

"Saya sangat mengapresiasi sekali dengan adanya IPN. Kami minta kepada pimpinan Freeport agar program ini jangan putus dan bisa berkesinambungan dan berjalan dengan baik. IPN telah mencetak generasi asli Papua yang unggul dan memiliki daya saing serta siap turun di dunia kerja maupun dunia usaha,” ujar Georgorius.

Uniknya, sekitar 5 persen dari lulusan IPN merupakan siswa perempuan. Lebih dari 2.700 lulusannya telah bergabung dan berkarya di PTFI.

Di masa mendatang, PTFI berharap akan semakin banyak putra dan putri Papua yang mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan di IPN dan berkiprah dalam memajukan industri pertambangan dalam negeri.

“Program pendidikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami perkuat dengan program pengembangan karakter, membuat IPN dapat terus mencetak generasi muda Papua yang tidak hanya kompeten dan unggul di bidang pertambangan, namun juga memiliki karakter profesional dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional. Kami berharap apa yang kami lakukan ini mampu meningkatkan kualitas SDM Papua dan berkontribusi bagi persiapan bangsa ini menyambut bonus demografi tahun 2030," ucap Soleman.

Bangunan Institut Pertambangan Nemangkawi di Kuala Kencana, Timika, Kabupaten Mimika didirikan oleh PTFI pada 2003. (ANTARA/PTFI)

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020