Jakarta, 11/4 (ANTARA) - Bilqis Anindya Passa tidak pernah memilih untuk dilahirkan dengan atau tanpa "atresia billier". Namun toh, ia ditakdirkan hidup sekejap untuk berdampingan dengan penyakit kelainan hati itu.
Selama 19 bulan menyongsong dunia, Bilqis tak bisa menikmati hidup layaknya balita seusianya.
Putri pasangan Dewi Farida dan Donny Ardianta Passa itu menderita penyakit yang timbul akibat rusaknya saluran empedu di luar hati sehingga tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus 12 jari yang normalnya terjadi.
Kelainan itu membuat hati Bilqis rusak. Untuk mengatasinya, Bilqis harus menjalani transplantasi hati.
Terlampau mudah mengeja kata sayang untuk Bilqis tidak sekadar bagi Dewi dan Doni tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Kehadiran Bilqis telah memberikan warna lain dan pelajaran tentang cinta sekaligus pengorbanan kepada seluruh masyarakat di tanah air.
Pemberitaan tentangnya telah sekejap menggugah hati nurani penderma untuk berpaling dari isu-isu pertikaian politik.
Bilqis telah mengajari Indonesia tentang cinta dan pengorbanan. Terlampau mudah mengeja kata sayang untuk Bilqis.
Koin Cinta
Balita 19 bulan itu mampu menyedot perhatian hampir seluruh masyarakat di tanah air. Ketegarannya menghadapi penyakit menggugah hati para dermawan di tanah air.
Melalui penggalangan dana Koin Cinta Bilqis, lebih dari Rp1,1 miliar berhasil dikumpulkan.
"Luar biasa" Bilqis adalah anak yang hebat. Dia bisa mengumpulkan banyak uang melalui Koin Cinta Bilqis. Kami tidak menyangka anak ini dilahirkan untuk mendapat perhatian banyak orang seperti ini," kata Ayah Bilqis, Donny.
Semula dana sebanyak itu akan digunakan untuk operasi cangkok hati demi impian sembuh bagi Bilqis. Meski awalnya seluruh rangkaian operasi transplantasi hati tersebut memerlukan biaya yang tinggi, toh bantuan dermawan terus saja mengalir.
Secercah harapan memang sempat timbul, namun kembali tenggelam saat paru-paru Bilqis terserang bakteri ganas dan mematikan.
Bayi yang lahir 20 Agustus 2008 itu pada akhirnya harus menyerah pada atresia billier yang telah menyertainya sejak lahir.
Bilqis Anindya Passa meninggal pada 10 April 2010 pukul 15.15 WIB di RS Karyadi Semarang akibat gagal napas dalam proses yang harus ia jalani sebelum operasi cangkok hati.
Inspirasi
Bilqis adalah inspirasi bagi banyak orang. Ngabdu Salam (33) dan Ani Purwaningsih adalah dua di antaranya. Pasangan suami istri itu memiliki bayi bernama Abdullah Ichsanul Fikri yang serupa nasibnya dengan Bilqis.
"Fikri juga akhirnya meninggal pada 20 Februari 2010 karena atresia bilier," kata Ngabdu yang ditemui setelah pemakaman Bilqis di TPU Kawi-Kawi Jakarta Pusat.
Fikri, nama panggilan Abdullah Ichsanul Fikri, meninggal dunia saat masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Berkat Bilqis, kata dia, keluarganya memiliki harapan melalui pengumpulan koin cinta untuk pengobatan Fikri meski pada akhirnya anaknya meninggal akibat pembuluh darah yang pecah pada 20 Februari 2010.
"Bilqis telah memberikan pelajaran kepada kita untuk beramal dan membuka ladang bagi para donatur di seluruh Indonesia," katanya.
Fikri sendiri melalui upaya penggalangan dana koin cinta mampu mengumpulkan dana Rp38 juta dalam waktu dua pekan.
Baik Fikri maupun Bilqis baginya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Keduanya adalah amanah cinta dari Tuhan yang harus dimaknai kehadirannya meski sesaat.
"Saya sudah menunggu dia (Fikri) lahir selama 8 tahun usia pernikahan kami," katanya.
Namun kehadiran Fikri ditetapkan hanya sesaat, tak sampai dua tahun amanah itu kembali "pergi".
"Banyak sekali hikmahnya, bahkan ada donatur yang akan memberangkatkan saya dan istri untuk umroh," katanya.
Bilqis dan Fikri dengan kelainan atresia bilier tidaklah sendirian. Data dua tahun di RSCM menunjukkan ada 164 bayi dengan kelainan hati yang disebut kolestasis, 23 persen di antaranya adalah atresia bilier.
Oleh karena itulah, baik keluarga Bilqis maupun Fikri akan terus berjuang.
"Ada banyak Bilqis-Bilqis lain yang memerlukan perhatian kita, keluarga kami telah sepakat untuk mendirikan yayasan yang khusus menangani penderita atresia bilier," kata Koordinator Koin Cinta Bilqis, Fahrur Djenar.
Fahrur yang juga paman Bilqis itu bersama seluruh keluarga menyatakan tidak akan berhenti berjuang bagi Bilqis-Bilqis yang lain di Indonesia.
Sebab terlampau mudah untuk mengeja kata sayang untuk Bilqis. Selamat jalan Bilqis, selamat jalan Fikri.
(H016/B010)
Oleh Oleh Hanni Sofia
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010