Kirkuk, Irak (ANTARA News/AFP) - Dua orang Arab Saudi yang berencanamelancarkan serangan bom bunuh diri tewas bersama seorang pemimpinAl-Qaeda dalam operasi gabungan yang dilakukan pasukan AS dan Irak didaerah sebelah utara Baghdad, kata seorang kepala kepolisian, Minggu.
Operasi itu dilakukan Sabtu di sebuah lembah sekitar 70 kilometer sebelah selatan kota minyak Kirkuk.
"Mereka bersembunyi di sebuah gudang rumput dan bentrok dengan pasukankami selama dua jam. Dua orang Saudi dan seorang Irak tewas," kataMayor Jendral Torhan Yussef, penjabat kepala kepolisian provinsi Kirkuk.
Orang-orang Saudi itu berniat melancarkan serangan-serangan bom bunuhdiri pada Minggu dan Selasa, dan warga Irak yang tewas itu adalahseorang pemimpin Al-Qaeda di Irak, kata Yussef.
"Kami menemukan dua sabuk peledak. Seluruh ketiga orang itu berusia sekitar 25 hingga 30 tahun," tambahnya.
Sementara itu Minggu, tiga orang bersaudara anggota milisi Sahwa pro-AStewas ketika bom pinggir jalan meledakkan mobil mereka, kata sejumlahpejabat.
Saudara keempat terluka dalam ledakan itu, yang terjadi sekitar pukul10.00 waktu setempat (pukul 14.00 WIB) di Adhaim di provinsi Diyala,sebelah timurlaut Baghdad, kata seorang pejabat keamanan.
Pemilihan umum pada 7 Maret tidak mengasilkan pemenang yang jelas danbisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkankekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikusberusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.
Kekerasan turun secara dramatis di Irak sejak mencapai puncaknya antara2005 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi di Baghdaddan daerah lain.
Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun laludalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedungpemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dankehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktulalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkanserangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat diBaghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamananakan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yangbertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yangperlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuanpasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangangerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknyabertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antaraorang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan,serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kinimasih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiahakan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiahyang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalamkekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertigamenjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawabatas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada2003.
Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini,namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurunwaktu 11 bulan.
Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwagerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upayamerongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.(M014/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010