masker medis ini membutuhkan waktu puluhan tahun agar bisa terurai secara sempurna di dalam tanah
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Jakarta Selatan mengingatkan masker medis berpotensi merusak ekosistem lingkungan apabila penggunaannya tidak tepat di masyarakat.
"Ini yang harus dicermati oleh masyarakat, masker medis ini membutuhkan waktu puluhan tahun agar bisa terurai secara sempurna di dalam tanah, bahkan ada literatur yang mengakatan bisa lebih dari 100 tahun," kata Ketua IDI Kota Jakarta Selatan M Yadi Permana, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Mahasiswa Untan manfaatkan limbah pisang jadi filter karbon masker
Yadi menyebutkan, limbah masker medis yang dibuang tanpa ada pengolahan yang benar sangat berbahaya, bisa merusak ekosistem.
Selain itu masker medis sekali pakai yang digunakan masyarakat, hendaknya tidak dibuang sembarangan.
"Masker madis setelah digunakan langsung kita rusak karena takut disalahgunakan, kan ada liputan di beberapa stasiun televisi, bahwa masker medis ini didaur ulang secara sembrono, tidak melalui mekanisme yang benar, itu dikumpulkan untuk dipakai lagi," katanya.
Baca juga: Walhi Jakarta ingatkan warga gunakan masker kain kurangi limbah medis
Menurut dia, masker medis sekali pakai sesuai saran organisasi kesehatan dunia (WHO) hanya digunakan untuk tenaga kesehatan.
Karena, lanjut dia, masker medis yang telah digunakan oleh tenaga kesehatan masuk dalam limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang akan diolah atau didaur ulang secara klinis oleh pabrik untuk dimurnikan dan digunakan kembali.
Baca juga: KLHK: Pemakaian masker kain bisa kurangi limbah medis masyarakat
IDI Jakarta Selatan mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker kain dua lapis dan bisa dicuci berkali-kali yang kini tersedia bebas di pasaran.
"Masker kain dua lapis digunakan oleh orang yang sehat dengan rentang usia di bawah 60 tahun," kata Yadi.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020