Bandarlampung (ANTARA News) - Jalan lintas Sumatera di wilayah Kota Bandarlampung belakangan ini makin rawan macet, terutama di persimpangan jalan serta di badan jalan yang rusak, sehingga hal itu merugikan banyak pihak, terutama dunia usaha.
Berdasarkan pantauan di sejumlah titik jalan lintas Sumatera di wilayah Bandarlampung, Minggu, arus lalu lintas di perempatan jalan, seperti persimpangan Kalibalok, Sukarame dan Jalur Dua Way Halim, kini nyaris macet setiap harinya.
Panjang antrian kendaraan yang macet bahkan bisa mencapai tiga kilometer lebih pada sore hari, terutama di perempatan Jalur Dua Way Halim sampai Kalibalok.
Kerusakan jalan itu juga bertambah parah, seperti mulai dari perempatan Kalibalok- Sukarame- RS Imanuel - Way Halim hingga Tanjung Senang. Volume kendaraan yang melalui jalan lintas rute Pelabuhan Bakauheni- Panjang- Bandarlampung juga bertambah padat, sehingga makin memacetkan arus lalu lintas.
Sejumlah pengendara menyebutkan waktu tempuh Bandarlampung- Pelabuhan Bakauheni normalnya 1,5-2 jam, namun kini rute sepanjang 90 km itu ditempuh lebih dari 2,5 jam.
Jalan itu merupakan lintasan kendaraan yang mengangkut hasil bumi dari Sumatera ke Jawa atau produk industri dari Jawa ke Sumatera.
Jalan lintas yang melewati wilayah Bandarlampung itu itu menjadi rute terpendek untuk mengekspor atau mengimpor barang. Sebagian besar barang ekspor dan impor Sumbagsel dikirimkan atau didatangkan melalui Pelabuhan Panjang Bandarlampung.
Sejumlah warga Bandarlampung juga mengharapkan pemerintah segera mengatasi kemacetan di jalan lintas Sumatera itu.
"Kemacetan di persimpangan seharusnya segera mendapatkan perhatian dari pemerintah, karena merugikan semua pihak, " kata salah satu warga Sukarame Bandarlampung, Edy .
Hal senada itu juga dikatakan Ketua Apindo Provinsi Lampung, M Yusuf Kohar.
Yusuf Kohar mengatakan kemacetan di jalan lintas Sumatera juga merugikan dunia usaha, sehingga jalan keluarnya perlu segera dicari.
Belum lama ini, pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi Unila, Asrian Hendi Cahya, juga mengatakan kerusakan jalan lintas Sumatera telah menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi di daerah itu sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu meningkatkan kerja samanya membangun prasarana jalan negara yang lebih memadai.
Menurut dia, tersedianya jalan negara yang layak memang berkontribusi sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatera, sehingga pemerintah perlu lebih fokus untuk mengatasi masalah kerusakan jalan di daerah itu.
"Jalan lintas Sumatera merupakan jalan negara kelas tiga, sementara daerah di Sumatera terus berkembang. Akibatnya, lalu lintas barang dan manusia berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan daerah itu, sehingga kondisi jalan sekarang tidak mampu mengimbangi perkembangan itu," katanya.
Panjang jalan di Provinsi Lampung tahun 2009 sekitar 2.369 km dan jalan yang layak hanya berkisar 307,9 kilometer.
(T.H009/A011/P003)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010