Berlin, (ANTARA News) - Al-Qaeda pada akhir pekan mengeluarkan ancaman melalui Internet terhadap pasukan Jerman karena keterlibatan mereka dalam memerangi Taliban di Afghanistan.

"Prajurit-prajurit kalian tidak aman di mana pun," kata seorang pria bertopeng dengan sorban hitam dalam sebuah rekaman video yang dipasang di Internet.

Video itu, yang disiarkan pada Sabtu larut malam, berjudul "Paket Penyelamatan bagi Jerman" dan memiliki logo As-Sahab, yang merupakan sayap media Al-Qaeda.

Jerman adalah bagian dari pasukan penjaga perdamaian pimpinan NATO di Afghanistan dan memiliki mandat untuk mengirim 4.500 prajurit ke negara itu.

Sebuah tanda di belakang ikat kepala orang bertopeng itu mengidentifikasi dirinya sebagai "Abu Talha, orang Jerman" dan ia berbicara dalam bahasa Jerman dengan sedikit logat asing.

"Siapa pun yang berusaha membedakan antara Al-Qaeda dan Taliban, maka mereka tidak memahami musuh mereka," kata orang bertopeng itu dalam video tersebut.

Para pejabat keamanan Jerman masih menilai rekaman itu, kata Kementerian Dalam Negeri Jerman.

"Pernyataannya itu mengkonfirmasi lagi pandangan pihak berwenang bahwa Jerman maenjadi sasaran terorisme muslim," kata kementerian itu.

Serangan bom mobil bunuh diri di dekat Kedutaan Besar Jerman di Kabul pada Sabtu menewaskan soerang prajurit AS dan empat warga sipil Afghanistan.

Gerilyawan Taliban mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu.

Menanggapi serangan itu, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, Jerman akan tetap memegang komitmennya untuk terlibat di Afghanistan.

Belasan prajurit internasional tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini, sebagian besar akibat serangan-serangan gerilya, menurut situs berita icasualties.org yang mencatat korban tewas di pihak pasukan asing di Afghanistan dan Irak.

Lebih dari 295 prajurit internasional tewas di Afghanistan tahun lalu dan tahun sebelumnya 230.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur.

Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Tahun lalu Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun itu.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009