Washington(ANTARA News) - Ledakan yang menewaskan 29 orang pekerja tambang batubara Amerika Serikat mengusik ketenangan Presiden Barack Obama sehingga dalam pernyataan persnya di Washington, Sabtu, Obama menuntut pertanggungjawaban dan mempertanyakan standar keamanan para pekerja industri di negara itu.
"Kita tidak bisa mengembalikan mereka yang telah mendahului kita. Apa yang bisa kita lakukan adalah menyelidiki secara seksama tragedi itu dan menuntut adanya pertanggungjawaban," katanya.
Kecelakaan yang menewaskan 29 orang pekerja tambang batubara Upper Big Branch Virginia Barat itu merupakan yang terburuk dalam 40 tahun terakhir sejak peristiwa ledakan di tambang batu bara Finley, Kentucky, tahun 1970 yang menewaskan 38 orang pekerjanya.
Warga masyarakat dan pemerintah setempat kini mengalihkan perhatian mereka dari upaya penyelamatan ke pencarian pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab serta faktor penyebab ledakan di tambang tersebut.
Empat pekerja tambang batubara yang sebelumnya dinyatakan hilang telah ditemukan tewas, Jumat malam, kata pejabat pemerintah, Sabtu.
"Kami tidak mendapat keajaiban sesuai dengan harapan dalam doa kami. Perjalanan ini telah berakhir dan saatnya mulai penyembuhan," kata Gubernur Virginia Barat Joe Machnin.
Dengan ditemukannya empat korban terakhir, total jumlah pekerja tambang yang tewas dalam ledakan yang terjadi Senin lalu itu mencapai 29 orang.
Presiden Obama mengatakan, semua warga AS berhak bekerja di lokasi kerja yang aman. "Kita harus mengambil langkah apapun yang diperlukan untuk memastikan seluruh penambang kita aman sehingga bencana yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari," katanya.
Obama mengutip pesan terakhir salah seorang korban kepada rekan perempuan dan putrinya di pagi hari menjelang datangnya bencana.
Dalam pesannya, pekerja berusia 25 tahun yang tewas bersama 28 orang rekannya itu mengatakan: "jika terjadi sesuatu terhadapku, aku akan memandang kalian semua dari surga."
Pihak perusahaan tambang batubara yang mengalami musibah itu menepis kemungkinan buruknya standar keselamatan para pekerjanya.
Sebaliknya, mereka mengklaim bahwa catatan keselamatan di perusahaan mereka sudah di atas rata-rata. (*)
AFP/R013/M016
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010