Bangkok (ANTARA News) - Para pendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang tergabung dalam kelompok "Baju Merah" meminta raja Thailand agar turun tangan menyelesaikan krisis politik berdarah yang mendera negara itu.
Intervensi raja itu adalah cara untuk "menghindari jatuhnya lebih banyak korban", kata Pemimpin Kelompok Baju Merah, Jatuporn Prompan di Bangkok, Minggu dinihari.
"Apakah ada yang memberitahu raja bahwa anak-anaknya dibunuh di tengah jalan tanpa keadilan. Apakah ada orang yang dekat dengan beliau memberitahukan bahwa terjadi pertempuran senjata," katanya.
Kendati tidak memiliki peran politik resmi, Raja Bhumibol Adulyadej dianggap sebagai sosok pemersatu rakyat Thailand.
Dalam kerusuhan 1992 misalnya, Raja Bhumibol "menghukum" para pemimpin militer dan pengunjuk rasa. Langkahnya ini berhasil meredakan insiden kekerasan.
Raja Bhumibol yang dianggap banyak rakyatnya merupakan sosok setengah dewa dan pemimpin monarki terlama di dunia ini dirawat di rumah sakit sejak September 2009.
Dalam perkembangan lain pasca-bentrokan, seorang juru bicara militer Thailand menuding para demonstran antipemerintah menahan lima tentara.
"Lima tentara ditahan para pengunjuk rasa dari kelompok Baju Merah," kata Kolonel Sunsern Kaewkumnerd.
Bentrokan dan aksi saling serang antara aparat keamanan dan para demonstran pro-mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang pecah di pusat kota Bangkok itu menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Di antara para korban tewas dalam insiden terburuk dalam 18 tahun terakhir itu adalah juru kamera Reuters, Hiro Muramoto.
Warga Jepang yang bekerja untuk Thomson Reuters di Jepang itu tertembak di bagian dadanya.
Direktur RS Klang Dr.Pichaya Nakwatchara mengatakan, Muramoto sudah tak bernyawa saat tiba di rumah sakit.
AFP/R013/M016
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010