"Kami tidak bisa menyalahkan siapa pun dengan keadaan ini, sebab ini (kepergian Bilqis, red.) mungkin jalan yang terbaik bagi Bilqis," kata ayah Bilqis, Doni Ardianta Passa (33) saat dihubungi dari Semarang, Sabtu.
Menurut dia, proses yang dijalani Bilqis mulai dari perawatan hingga meninggal dunia setidaknya dapat memberikan kesan dan pengalaman yang berarti bagi seluruh pihak, termasuk mereka yang memiliki anak "atresia bilier".
"Kami percaya bahwa tim dokter RSUP dr. Kariadi Semarang sudah berupaya semaksimal mungkin untuk kesembuhan Bilqis, dan kami sekeluarga menerima dengan keadaan ini," kata suami Dewi Farida (37) tersebut.
Ia mengatakan, pihak keluarga berharap proses yang dijalani Bilqis selama dirawat di RSUP dr. Kariadi Semarang dapat menjadi tambahan pengalaman bagi tim dokter untuk menangani pasien-pasien "atresia bilier" selanjutnya.
"Banyak anak-anak yang memiliki kondisi sama seperti Bilqis (menderita `atresia bilier`), karena itu proses yang selama ini berjalan setidaknya dapat menjadi tambahan masukan bagi tim dokter," katanya.
Doni mengaku bahwa dirinya dan istrinya sudah berada di Jakarta menunggu kedatangan Bilqis yang sudah diberangkatkan hari ini (10/4) menuju Jakarta melalui Bandara Ahmad Yani Semarang sekitar pukul 19:40 WIB.
"Ada ayah dan ibu saya, beserta sejumlah anggota keluarga yang mengantarkan dari Semarang, sedangkan saya dan Dewi menunggu di Jakarta. Kemungkinan, perjalanan Semarang-Jakarta ditempuh selama sekitar 55 menit," kata Doni.
Sementara itu, penggagas tim cangkok hati, Prof. dr. AG Soemantri mengatakan, pihaknya juga sudah menjelaskan seluruhnya kepada keluarga Bilqis, terutama ibundanya, Dewi Farida terkait hal tersebut.
"Kami sudah menjelaskan semuanya dan kami bersyukur mereka menerima keadaan tersebut. Dewi (ibu Bilqis, red.) juga sudah mengirim pesan singkat (SMS) yang isinya menyebutkan bahwa mereka sekeluarga sudah ikhlas," kata Soemantri.
Seperti diwartakan sebelumnya, Bilqis Anindya Passa, balita penderita "atresia bilier" yang telah dirawat sekitar dua bulan di RSUP dr. Kariadi Semarang, meninggal dunia pada Sabtu (10/4) sekitar pukul 15.15 WIB.
Bilqis meninggal dunia karena serangan bakteri ganas sebelum operasi cangkok hati untuk mengobati "atresia bilier" yang dideritanya dilakukan tim dokter. Padahal, operasi cangkok hati dijadwalkan akan dilakukan pertengahan April 2010.
Jenazah Bilqis kemudian dibawa ke Jakarta menggunakan pesawat Garuda GA 247 yang dijadwalkan berangkat dari Semarang pukul 19.40 WIB, di antar oleh sanak keluarga Bilqis yang saat itu masih berada di Semarang.
(U.KR-ZLS/R009)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010