Kota Gaza (ANTARA News) - Pasukan Israel menarik diri dari sejumlah posisi penting di dan sekitar Kota Gaza, Minggu, setelah negara Yahudi itu mengumumkan gencatan senjata sepihak dalam perang dengan Hamas, kata beberapa saksi mata. Pasukan darat mundur ke arah pagar perbatasan Israel di Jalur Gaza bagian timur dan utara, kata mereka. Televisi Israel menayangkan gambar prajurit-prajurit yang berjalan keluar dari jalur pesisir yang porak-poranda itu, banyak dari mereka membawa bendera dan menunjukkan tanda kemenangan. Militer juga mengkonfirmasi bahwa pasukan Israel telah memulai penarikan bertahap dari Jalur Gaza. "Saya bisa mengkonfirmasi bahwa penarikan bertahap dari Jalur Gaza mulai dilakukan," kata seorang jurubicara militer Israel kepada AFP. Penarikan itu dilakukan setelah Perdana Menteri Israel Ehud Olmert pada Sabtu larut malam memerintahkan diakhirinya operasi-operasi ofensif di Gaza setelah pertempuran 22 hari yang dirancang untuk mengakhiri penembakan roket Hamas ke wilayah negara Yahudi itu. Namun, dalam pernyataannya itu Olmert mengatakan bahwa pasukan Israel tetap berada di wilayah tersebut dan akan balas menembak jika mereka diserang. Minggu, secara terpisah Hamas juga mengumumkman gencatan senjata sepekan untuk memberi waktu Israel menarik diri dari wilayah itu. "Kami dalam gerakan-gerakan perlawanan Palestina mengumumkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menuntut pasukan musuh ditarik dalam waktu sepekan dan membuka semua lintasan perbatasan agar bantuan kemanusiaan dan barang kebutuhan pokok bisa masuk," kata Mussa Abu Marzuk, wakil kepala politbiro Hamas, di Damaskus. Dalam pernyataannya Minggu, Olmert mengatakan, ia ingin menarik pasukan Israel dari Jalur Gasa "secepat mungkin" setelah gencatan senjata sepihak Israel itu. "Kami tidak tertarik menetap di Jalur Gaza, kami ingin pergi secepat mungkin," kata Olmert pada pertemuan dengan para pemimpin Eropa yang tiba di Yerusalem setelah menghadiri pertemuan puncak di Mesir yang membahas perang Gaza. Sedikitnya 1.300 orang Palestina, termasuk lebih dari 400 anak, tewas dan 5.300 orang cedera di Jalur Gaza sejak Israel meluncurkan ofensif terhadap Hamas pada 27 Desember. Di pihak Israel, hanya tiga warga sipil dan 10 prajurit tewas dalam pertempuran dan serangan roket. Selama perang 22 hari itu, sekolah, rumah sakit, bangunan PBB dan ribuan rumah rusak terkena gempuran Israel, dan Pemerintah Palestina menyatakan bahwa jumlah kerugian prasarana saja mencapai 476 juta dolar. Penghentian serangan itu dilakukan setelah negara Yahudi tersebut memperoleh janji dari Washington dan Kairo untuk membantu mencegah penyelundupan senjata ke Gaza, hal utama yang dituntut Israel bagi penghentian perang. Kekerasan Israel-Hamas meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember. Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi itu dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran sejak 27 Desember dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina, Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari. Sejak itu wilayah pesisir miskin dan kantong Palestina tersebut dibloklade oleh Israel. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009
Astagfirullah...dimanakah keadilan di dunia ini apakah manusia sudah kehilangan hati dan perasaan dengan begitu mudahnya menarik mundur pasukan padahal sudah banyak membunuh generasi penerus Palestina dan anak - anak penghafal Al Qur\\\'an...Semoga yang anak - anak yang gugur syahid mendapat tempat di surga Allah SWT