Mamuju (ANTARA News) - Edi, bocah belia penderita "Penyakit Aneh" yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju, Sulawesi Barat kondisinya kini mulai membaik pasca dilakukan operasi untuk membersihkan belatung yang bersarang di kepalanya.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, dr H. Achmad Azis, M.Kes kepada sejumlah wartawan di Mamuju, Jumat.
Menurutnya, Edi, bocah berusia 14 bulan penderita "penyakit aneh", adalah warga Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, dirujuk ke RSUD Mamuju setelah diketahui luka pada kepala korban ditumbuhi puluhan belatung.
"Penderita sudah mulai membaik pasca dilakukan operasi untuk mengangkat belatung-belatung yang berkembangbiak pada luka bisul di kepala korban," katanya.
Dia mengatakan, secara keseluruhan kondisi Edi mulai mengalami perkembangan yang signifikan karena puluhan belatung yang sempat menggeregoti bagian kepala korban sudah disterilkan.
"Kondisi Edi mulai membaik jika dibandingkan saat dirujuk ke RSUD Mamuju beberapa hari yang lalu," katanya.
Achmad mengatakan, penyebab adanya belatung yang menggeregoti kepala korban, akibat bisul yang tidak tertangani dengan baik sehingga luka di bagian kepala itu dikerumuni lalat dan menyebabkan munculnya belatung-belatung tersebut.
"Lalat-lalat yang mengerumuni luka tersebut akhirnya bertelur dan menimbulkan puluhan belatung yang berkembangbiak di kepala korban," katanya.
Wati, ibu kandung Edi, yang ditemui di RSUD Mamuju, mengatakan, belatung-belatung yang menggeregoti kepala Edi sudah berhasil dibersihkan oleh tim medis, namun kondisi fisik masih kelihatan lemas.
Ia mengatakan, yang menjadi beban saat ini adalah bagaimana cara menutupi biaya pengobatan putranya karena sudah beberapa jenis obat yang telah diambil dari apotik yang telah ditunjuk oleh tim medis hingga kini belum dibayar.
"Sudah beberapa kali kami mengambil obat di apotik, namun, hingga kini kami masih bingung untuk menutupinya," kata dia.
Apalagi, kata dia, sejak putranya di rawat di RSUD Mamuju, suaminya tak lagi mencari tumpangan sebagai sopir angkot.
"Kami tak lagi memiliki persiapan dana untuk membayar obat-obatan itu, apalagi sudah empat hari ayah Edi tak pernah mencari nafkah untuk mengurus putranya," ungkapnya. (ACO/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Inti dari pesan Anda memang benar, tetapi saya keberatan dengan kata-kata \"...pergi ke padang pasir.\" Saya yakin bahwa Anda hendak mengatakan \"...pergi naik haji.\" Pergi haji adalah kewajiban bagi muslim yang telah memenuhi persyaratan, salah satunya adalah mampu secara ekonomi. Namun kewajiban ini hanya berlaku satu kali saja. Pergi haji untuk kedua kalinya, atau ketiga kalinya, atau kesepuluh kalinya, adalah tidak wajib, dan karenanya lebih baik uangnya didermakan.
Bantulah orang2 yg lemah,sakit tak bisa berobat dsb. Berbuat kasih terhadap sesama manusia jauh lebih Mulia,daripada uang dihambur2kan untuk pergi ke padang pasir
Kedepankan dulu sifat menolong,dari pada fanatik agama tetapi hati tak ada kasih.