Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Sarana Akuakultur Indonesia sepakat dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mendorong pembudidaya menggunakan probiotik karena dapat meningkatkan daya tahan komoditas udang.

"Probiotik telah terbukti memperbaiki kualitas air, meningkatkan daya tahan udang dan memperbaiki rasio konversi pakan," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Sarana Akuakultur Indonesia (Aspakindo), Junaedi Ispinanto, dalam rilis, Selasa.

Lebih teknis lagi, dia menyebutkan berdasarkan spesies probiotik yang telah beredar di lapangan terutama untuk usaha tambak di antaranya berbagai spesies bakteri Bacillus seperti B. subtilis, B. licheniformis, B. pumilus, kemudian spesies bakteri fotosintesa seperti Rhodobacter dan Rhodococcus serta spesies bakteri nitrifikasi.

Ia menuturkan, penggunaan probiotik khususnya budidaya udang sudah dilakukan sejak awal periode dekade 1990-an.

Baca juga: KKP: Udang masih jadi primadona permintaan global

"Hampir semua pelaku usaha skala intensif telah mengenal, mengaplikasikan dan memasukkan unsur probiotik ke dalam SOP budidaya udang”, katanya.

Sebelumnya, Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengemukakan penggunaan probiotik atau bakteri nonpatogen dalam pembudidayaan ikan dapat meminimalkan kegagalan usaha budidaya.

"Penggunaan probiotik sangat penting untuk manajemen lingkungan budidaya sebagai awal pencegahan masuknya penyakit dalam sistem budi daya," kata Slamet Soebjakto.


Baca juga: Menteri Edhy sebut izin budidaya udang sekarang satu pintu di BKPM

Bakteri probiotik bersifat non-patogen, memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan organisme patogen, dan berfungsi sebagai bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan.

Berdasarkan data KKP, saat ini setidaknya ada sebanyak 80 merek probiotik untuk ikan ataupun udang yang terdaftar dan beredar di Indonesia.

Menurut Slamet, dengan penggunaan probiotik maka permasalahan penyakit pada sistem budidaya dapat tertanggulangi.

"Penyakit menyebabkan 20 persen dari hasil produksi budidaya akan berpengaruh. Sehingga pencegahan penyakit dalam lingkungan budidaya jauh lebih baik daripada mengobati, meradikasi maupun hal-hal lainnya," sebutnya.


Baca juga: KKP: Penggunaan probiotik sangat penting, tekan gagal usaha budi daya

Baca juga: KKP minta pembudidaya ikan gunakan produk hasil riset

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020