Pangkalpinang (ANTARA News) - Investasi budidaya bebek peking di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), belum menjanjikan karena terkendala listrik dan tingginya biaya makanan serta perawatan bebek tersebut.
"Investasi budidaya bebek peking belum menjanjikan karena tingginya biaya produksi atau perawatan, sementara daging bebek peking kurang diminati masyarakat Bangka," kata Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pangkalpinang, Ghozali Efendi, di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan, terbatasnya kapasitas listrik untuk penetasan telur bebek peking dan dan tingginya biaya produksi, mengakibatkan investor dari Malaysia menarik investasinya di Pangkalpinang dan berinvestasi di Pulau Jawa.
"Budidaya bebek peking yang dilakukan oleh perusahaan dari Malaysia itu sudah dilakukan pada 2009 namun karena terbatasnya kapasitas listrik dan sering terjadi pemadaman listrik mengakibatkan perusahaan budidaya itu rugi," katanya.
Ia menjelaskan, budidaya bebek peking dengan menggunakan mesin penetasan berskala besar oleh pihak investor banyak yang mengalami kegagalan karena listrik sering mati seiring terbatasnya kapasitas listrik.
Sejak tahun 1990, pangsa pasar itik dunia dikuasai oleh negara Taiwan, Thailand, dan Malaysia. Negara tersebut menjadi pemasok terbesar daging itik ke negara- negara pengimpor itik Singapura, Jepang, Hongkong, China, dan Timur Tengah.
Daging itik yang diekspor negara tersebut mencapai ribuan ton dan pada tahun 1990, Thailand berhasil mengekspor 3.500 ton daging itik ke Jepang.
Menurut dia, Bangka Belitung (Babel) bisa mengimpor daging itik atau bebek paking ke sejumlah negara jika didukung oleh sarana yang memadai seperti listrik, pakan ternak dan lokasi pembibitan yang bisa membuat mempercepat perkembangbiakan bebek paking.
"Geografis daerah di Babel cukup mendukung sebagai sentra pembibitan bebek paking jika benar-benar dikelola lebih serius, tentu juga didukung oleh dana yang memadai," katanya. (KMN/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010