Seoul (ANTARA News/AFP) - Korea Utara, Jumat, menyerang kebijakan baru nuklir Amerika Serikat (AS) dan mengatakan bahwa itu menunjukkan keberlanjutan kejahatan Washington, dan berjanji untuk memperkuat persenjataan nuklirnya.
"Sepanjang ancaman nuklir Amerika Serikat masih ada, DPRK (Korea Utara) akan terus meningkatkan dan memperbaharui berbagai jenis persenjataan nuklirnya, mengingat hal itu diperlukan di masa mendatang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri kepada kantor berita resmi.
Dalam "Kajian Sikap Nuklir" yang diumumkan Selasa, pemerintahan Obama meninggalkan peluang penggunaan senjata nuklir terhadap negara-negara non-nuklir yang melaksanakan Kesepakatan Non-Proliferasi nuklir.
Namun seluruh opsi terbuka bagi negara-negara seperti Korea Utara atau Iran yang oleh pihak Washington disebut sebagai menolak kewajiban non-proliferasi.
Korea Utara keluar dari perjanjian itu pada 2003 dan sejak saat itu telah melakukan dua uji coba senjata nuklir.
"Hal ini membuktikan bahwa kebijakan Amerika Serikat kepada DPRK tidak berbeda dengan kebijakan jahat yang dilaksanakan oleh pemerintahan Bush," kata kementerian.
`Apa yang menjadi sangat penting adalah AS mengubah kebijakan jahatnya kepada DPRK dalam praktiknya."
Perundingan terakhir, yang dilakukan oleh dua Korea, Korea Utara, Korea Selatan, China, Jepang, rusia dan AS, terjadi pada Desember 2008. Korea Utara mengumumkan pada 1 April 2009 bahwa pihaknya keluar dari forum itu dan kemudian melakukan uji coba nuklirnya yang kedua sebulah kemudian.
Sebagai syarat-syarat untuk kembali ke perundingan, Korea Utara menginginkan komitmen AS untuk melakukan perundingan mengenai kesepakatan damai resmi dan pencabutan sanksi PBB.
Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya mengembangkan persenjataan atom untuk mempertahankan diri dari ancaman nuklir AS dan tidak dapat menghentikannya hingga ancaman itu dicabut.
Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa tujuan Korea Utara adalah perlucutan nuklir di Semenanjung Korea.
`Jika ingin di Semenanjung dan seluruh dunia tidak ada nuklir, AS harus menghentikan aksi jahatnya menginjak-injak kedaulatan dan hak-hak negara lain untuk ada, mengejar kebijakan kekuatannya berdasarkan kekuasaan tertinggi nuklir."
(Uu.G003/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010