Depok (ANTARA News) - Pengamat Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan, kampanye yang dilakukan oleh para kandidat pemimpin kepala daerah yang bertarung dalam pilkada di "dunia maya" tidak selalu menguntungkan.

"Kampanye melalui internet tersebut justru membuat masyarakat akan melihat bagaimana para calon yang bertanding saling menelanjangi diri mereka masing-masing. Hal ini dapat berujung pada keengganan pemilih untuk mendukung mereka," kata Devie yang sedang melakukan penelitian Cyber Democracy di Depok, Jumat.

Pada 2010 ini di berbagai daerah akan diramaikan dengan hiruk pikuk pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (pilkada) di provinsi dan kabupaten/kota. Berbagai persiapan sudah mulai dilakukan oleh para bakal calon kepala daerah.

"Yang selalu menarik dicermati ialah bagaimana gaya dan daya para calon memikat hati konstituen untuk memenangkan pertarungan citra antar calon," kata kandidat pasca sarjana Kajian Ilmu Budaya tersebut.

Menurut dia, fenomena dunia maya dengan produk turunannya seperti Facebook, Twitter, menjadikan manusia memiliki alternatif baru dalam berkomunikasi.

Ruang dunia maya, kata lulusan sarjana komunikasi UI tersebut, tak luput menjadi "tim sukses" bagi para bakal calon pemimpin daerah. Kita dapat menyaksikan bagaimana masing masing kandidat saling berkomentar negatif tentang pesaingnya, berharap publik dapat berpihak kepada pihak yang mengklaim dirinyalah yang terbaik.

Dikatakannya, ada beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan oleh para calon kepala daerah bila ingin mengkapitalisasi secara maksimal dunia maya sebagai strategi pemenangan.

Bila para calon mampu menciptakan sebuah isu yang dapat mendorong gerakan sosial seperti dukungan 1 juta untuk isu tertentu dan berikutnya gerakan ini mencuri perhatian media massa atau elektronik yang kemudian menampilkan berita tentang gerakan ini, bahkan sampai secara intensif melaporkan detik demi detik perkembangan dukungan, hal ini akan membentuk opini publik yang dan mempengaruhi publik secara luas.

Devie mencontohkan, bila calon A mampu menggiring sebuah isu bahwa apa yang dilakukan adalah baik dan sedang mencari dukungan 1 juta, lalu upaya mencari dukungan ini diliput oleh media cetak dan media televisi, sudah barang tentu, ini akan menjadi bagian promosi dari calon A bagi publik yang jauh lebih luas daripada hanya pendukung 1 juta dari dunia maya.

Jadi kata dia gravitasi media cetak dan TV lah yang sebenarnya menjadi kekuatan yang maha dahsyat dibandingkan dengan kekuatan media maya itu sendiri.

Devie juga menilai pemasangan baliho, poster, stiker dan lainnya sebagai informasi awal bagi masyarakat luas, masih sangat efektif.
(F006/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010