Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah akan meniru kebijakan tentang pergulaan yang diterapkan di Jawa Timur dalam merealisasikan program swasembada gula pada 2014.

"Walaupun masih belum mencapai swasembada gula, kebijakan pergulaan di Jatim tergolong yang terbaik dengan rencana perbaikan mesin penggilingan di lima pabrik gula. Oleh karena itu, Jateng berniat untuk belajar guna mewujudkan swasembada gula," kata anggota Komisi B DPRD Jateng, Istasip A.S

Istasip mengatakan hal itu usai mendengarkan paparan dari pejabat Pemprov Jatim tentang pergulaan, di Surabaya, Kamis.

Hasil paparan itu akan dijadikan masukan dan selanjutnya melakukan dengar pendapat dengan pihak terkait yang ada di Jateng.

Ia menyebutkan, beberapa kebijakan pergulaan di Jatim yang akan diterapkan di Jateng adalah luas pengembangan lahan tebu. Selama ini luas pengembangan lahan tebu di Jateng hanya 53 ribu hektare atau sepertiga dari luas lahan tebu di Jatim yang telah mencapai 186 ribu hektare.

Untuk mengatasi krisis gula bulan lalu, Jateng mengimpor sebanyak 81 ribu ton, sedangkan Jatim hanya sekitar 45 ribu ton.

Istasip menjelaskan, para petani Jateng saat ini masih beranggapan bertani tebu tidak menarik karena masa tanamnya lama dan harga jual tidak seimbang dengan biaya produksi. "Di Jateng hanya lahan kurang produktif yang ditanami tebu. Padahal 20 tahun silam para petani di sana suka menanam tebu," katanya.

Guna memenuhi kebutuhan gula di Jateng, Komisi B meminta eksekutif memanfaatkan lahan-lahan perkebunan untuk didayagunakan sebagai lahan tebu. Selain itu tanah kas desa/kelurahan yang ada juga bisa dimaksimalkan.

"Dengan upaya ini diharapkan dalam tempo tiga hingga empat tahun ke depan Jateng bisa swasembada gula," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Jatim Binsar Tua Siregar mengatakan, menjelang Lebaran, Jatim sempat diguncang persoalan gula dengan harga di pasaran sempat menembus angka Rp12.000,00 per kilogram. Hal itu dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan antara pemerintah dengan pabrik gula.

"Untuk mengatasi hal itu, Gubernur mengeluarkan kebijakan, yakni gula tidak diperbolehkan keluar dari Jatim. Hal ini dilakukan karena di samping stok gula tidak terlampau tinggi, juga kebutuhan akan gula meningkat yakni sekitar 50 ribu ton per bulan pada hari raya tersebut," katanya.

Langkah tersebut sangat efektif. Terbukti harga gula turun pada kisaran angka Rp10.000,00 per kilogram. Ditambah dengan masuknya gula impor, harga gula di pasaran pun tinggal Rp9.000,00 per kilogram.

Setelah harga gula di Jatim dianggap normal dan stok mencukupi, Gubernur pun mengeluarkan kebijakan menjual kembali gula keluar provinsi.

Untuk mencapai swasembada gula empat tahun mendatang, Pemprov Jatim mempunyai beberapa strategi, di antaranya peningkatan produktivitas, perluasan areal lahan dari 186 ribu hektare menjadi sekitar 199 ribu hektare, revitalisasi pembangunan industri gula berbasis tebu yang menurut rencana akan dilakukan di Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Banyuwangi.

Selain itu, akan diimplementasikan pula strategi pencapaian dengan meningkatkan produktivitas melalui rasionalisasi atau penataan varietas, penyerapan teknologi budidaya, dan percepatan bongkar ratin. (M038/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010