Biaya energi surya tidak begitu besar dalam hal perawatan dan atau pemeliharaan

Jakarta (ANTARA) - Induk perusahaan atau Holding Perkebunan Nusantara, PTPN III (Persero) bersama PT Pertamina Power Indonesia mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 2 MW di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara.

Program berbasis energi ramah lingkungan atau dikenal dengan Green Economic Zone ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengoptimalkan potensi energi terbarukan (renewable energy) nasional dan menarik minat investor di KEK Sei Mangkei.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani menjelaskan bahwa energi terbarukan dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alami tidak akan habis, bahkan berkelanjutan jika dikelola dengan baik.

"PTPN Group bersama PT Pertamina Power Indonesia akan mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan secara optimal di Indonesia," kata Ghani dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Ghani menjelaskan energi matahari lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil. Saat ini, sebanyak 90 persen energi di Indonesia masih menggunakan energi berbahan fosil dari batubara, minyak bumi, gas alam, sedangkan sisanya kurang dari 10 persen memanfaatkan sumber energi terbarukan.

Kerja sama PLTS di Sei Mangkei, Sumatera Utara merupakan sinergi lanjutan antara PTPN III dengan Pertamina Power Indonesia. Sebelumnya, telah terjalin kerja sama Bangun Guna Serah (BGS) Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) berkapasitas 2,4 MW di KEK Sei Mangkei.

Sejak beroperasi pada Januari 2020 hingga saat ini, PLTBg Sei Mangkei telah memproduksi listrik sebesar 6.923.140 kWh dan dapat menyediakan pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik tenant-tenant investor di KEK Sei Mangkei.

Menurut Ghani, Indonesia sangat berpeluang untuk mengembangkan energi terbarukan tenaga surya terbesar di dunia. Ia menilai bahwa KEK Sei Mangke bisa menjadi daya tarik bagi investor global dan nasional untuk menanamkan investasinya ramah lingkungan.

Pembangunan industri energi surya yang dikombinasikan dengan fasilitas penyimpanan energi dalam bentuk gas hidrogen, diyakini dapat menghilangkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Selain itu, matahari merupakan salah satu sumber energi yang saat ini sangat jarang diminati, padahal sumber daya ini sangat efisien dari segi biaya.

"Biaya energi surya tidak begitu besar dalam hal perawatan dan atau pemeliharaan. Setelah investasi awal untuk bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka menangkap energi bebas telah direalisasikan," kata Ghani.

Ghani menambahkan bahwa Holding BUMN perkebunan tersebut berkomitmen untuk terus berupaya dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) guna mendukung target kebijakan EBT dalam bauran energi nasional sebesar 23 persen pada 2025.

Selain PLTS dan PLTBg, saat ini telah ada beberapa calon mitra strategis yang siap bekerja sama dengan PTPN Group dalam mengembangkan potensi pembangkit listrik dari tenaga panas bumi (PLTP), tenaga bayu/angin (PLTB), tenaga air (PLTA) serta tenaga biomassa (PLTBm) di beberapa wilayah kerja PTPN Grup baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Baca juga: PTPN Group terapkan teknologi digital farming kelola perkebunan
Baca juga: PTPN Grup lakukan peremajaan kebun sawit di seluruh anak usaha
Baca juga: Dukung kemandirian energi, PTPN akan produksi biofuel kelapa sawit

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020