Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini cuaca Bali dan Jawa Timur
Ia menjelaskan bahwa La Nina sebenarnya fenomena global, karena adanya penurunan suhu muka laut di lautan pasifik, sehingga menyebabkan suhu lebih hangat justru di sebelah baratnya pasifik.
"Suhu muka laut di Indonesia hangat otomatis tekanan udaranya di Indonesia akan rendah, kalau suhu dingin di pasifik tekanannya akan jadi lebih tinggi. Jadi angin akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, artinya akan bergerak dari pasifik ke Indonesia," katanya.
Angin yang berasal dari pasifik mengandung uap air dan punya massa udara basah, dengan kondisi Indonesia memasuki musim hujan, maka uap air akan bertambah yang berasal dari pasifik menuju Indonesia.
Iman mengatakan untuk besaran potensinya tergantung dari masing-masing lokasi. Kalau lokasinya cukup basah banyak hujannya, curah hujan akan bertambah, seperti Bali sampai akhir tahun, sedang terpengaruh La Nina cuma bervariasi kekuatannya.
Baca juga: Waspadai fenomena banjir rob, sebut BMKG Denpasar
Baca juga: Pascagempa magnitudo 6,3 di Bali, BMKG catat 15 gempa susulan
Untuk fenomena La Nina ini berpotensi menyebabkan naiknya curah hujan dan meningkatnya intensitas hujan, sehingga berpotensi untuk wilayah-wilayah bencana tanah longsor, banjir yang sebelumnya sudah terjadi, seperti daerah Karangasem, Tabanan, dan wilayah lainnya.
Ia mengatakan dalam mengantisipasi fenomena ini, untuk membersihkan dan mengoptimalisasi saluran air atau bisa membuat biopori di masing-masing rumah tangga.
Baca juga: BMKG Denpasar: Puncak musim penghujan Januari-Februari
Baca juga: Pengamatan GMC di BMKG Denpasar gunakan teleskop berfilter khusus
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020