Hal ini dilatarbelakangi adanya 530 orang disabilitas di Tarakan yang kurang mendapatkan perhatian

Tarakan (ANTARA) - Komunikasi isyarat dengan menggunakan tangan serta mimik wajah terlihat akrab dan guyub oleh sekelompok peserta didik di Rumah Batik Disabilitas, Tarakan, Kalimantan Utara. Mereka kebanyakan penyandang disabilitas dari tuna rungu.

Komunikasi isyarat mereka lakukan disela – sela pengerjaan pewarnaan batik di atas selembar kain motif khas Tarakan yang sudah tercetak. Batik khas Tarakan bermotif tumbuhan pakis dengan warna umum adalah kuning yang merupakan warna khas suku Tidung yang ada di Kalimantan Utara (Kaltara).

Isyarat yang mereka ungkapkan dengan aksara yang tanpa kata, bukan sebagai kekurangan melainkan kelebihan bagi mereka yang tuna rungu. Dalam mengerjakan pekerjaan seperti membatik dan mengajarkan tentang kemandirian.

Rumah Batik Disabilitas ini dikelola oleh Sony Lolong (56) yang memiliki peserta didik seluruhnya adalah mereka yang berkebutuhan khusus atau disabilitas. Baru berdiri pada Maret 2020 saat mulai pandemi COVID-19.

Sony sebelumnya adalah pembatik, kemudian merangkul para difabel yang ada di Tarakan. “Jumlah mereka ada 22 orang, tuna rungu ada 18 orang, tuna daksa ada dua orang dan tuna grahita dua orang. Mayoritas memang anak – anak tuna rungu,” kata Sony di Tarakan, Rabu (28/10).

Batik khas Tarakan dengan motif pucuk pakis untuk mengangkat kearifan lokal, dimana tumbuhan pakis – pakisan banyak tumbuh di Tarakan, yang juga dapat dikonsumsi untuk sayur. Pewarna yang digunakan di Rumah Batik Disabilitas adalah pewarna alami dari tumbuhan yang banyak tumbuh di Tarakan. Seperti daun mangrove, daun rambutan, kulit jengkol dan lain – lain.

Diharapkan para difabel yang menjadi anak didik Soni, pada akhirnya dapat mandiri membuat usaha batik sendiri. Batik ramah lingkungan harga penjualan berkisar Rp300 ribu – Rp600 ribu tergantung bahan bakunya. Pemasarannya dilakukan secara online dengan menggunakan instagram dan facebook serta di Kantor Pusat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pemkot Tarakan.

Rumah Batik Disabilitas merupakan mitra binaan dari PT. Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field. Rencana pembinaan oleh Pertamina dilaksanakan selama lima tahun, namun Sony menargetkan kemitraan sampai tiga tahun.

Saat ini, Sony dipercaya oleh Pemkot Tarakan untuk menyediakan batik Tarakan untuk Aparat Sipil Negara (ASN) untuk menggunakannya setiap minggu. Sebanyak 300 lembar batik Tarakan dengan motif Padau Tuju Dulung, dimana dalam bahasa suku Tidung artinya perahu tujuh haluan.

Hal ini merupakan upaya Pemkot Tarakan untuk bisa meningkatkan perekonomian masyarakat terutama para pelaku usaha UMKM di tengah pandemi COVID-19. “Kami baru sanggup terima orderan dari tujuh dinas di Pemkot sebanyak 300 lembar untuk baju seragam pegawai sampai bulan Desember 2020,” kata Sony.

Selain membatik, Rumah Batik Disabilitas saat ini juga menyediakan masker batik Tarakan dan membuat baju hazmat untuk Alat Pelindung Diri (APD). Ada keunikan dari baju hazmat buatan Rumah Batik Disabilitas, karena mengkombinasikannya juga dengan kain batik motif Tarakan.

Masa pandemi COVID-19 ini penjualan masker dan baju hazmat dengan kombinasi batik Tarakan ini banyak peminatnya. Menurutnya ini adalah berkah dibalik adanya pandemi COVID-19.

Baca juga: Peduli generasi muda Sebatik, Tarakan Field dukung Sekolah Tapal Batas

Kubedistik Program Unggulan
Program Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) Kota Tarakan merupakan salah satu program kemitraan PT. Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field.

“Hal ini dilatarbelakangi adanya 530 orang disabilitas di Tarakan yang kurang mendapatkan perhatian. Selain itu, minimnya pengetahuan masyarakat terhadap seni budaya batik khas Tarakan,” kata Manajer PT. Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, Agung Wibowo.

Kubedistik juga dapat memanfaatkan limbah bakau sebanyak 573 kilogram/tahun, dimana Kota Tarakan banyak terdapat tumbuhan mangrove. Selain itu pewarna batik alami sebanyak 475 kilogram/tahun menjadi pupuk organik.

Agung mengatakan pihaknya dalam menjalin kemitraan telah membantu pelatihan membatik pewarna alami, pengadaan sarana dan prasarana rumah batik serta mengajarkan pemasaran secara online dan pameran produk.

Pencapaian program Kubedistik yang sudah diraih yakni sudah masuk di majalah Inacraft News edisi Februari 2020, terbit dalam jurnal internasional di Indonesian Journal of Digital Society (IJDS) tahun 2020, sudah mengeluarkan buku Teknik Membatik tahun 2020 dan sudah dikeluarkannya tiga hak cipta motif batik.

Terjalinnya kemitraan perusahaan migas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan program usaha untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan memberikan solusi di lokasi kerja perusahaan. Hal ini memperlihatkan pada perkembangan bisnis, PT. Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field tidak hanya memikirkan mengenai keuntungan dan kegiatan operasional perusahaan saja.

Namun juga memikirkan lingkungan sosial yang merupakan bagian penting dalam perkembangan bidang ekonomi bagi perusahaan. Keberadaannya selalu di dalam masyarakat dan perusahaan hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang apabila memperoleh dukungan dari masyarakat.

Selain itu, merupakan implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Pihak yang menjadi penerima bantuan program kemitraan disebut Mitra Binaan.

Kemudian melakukan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini penyandang disabilitas juga melaksanakan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia mengatur tentang kewajiban Negara dalam melindungi setiap warga negaranya termasuk juga untuk melakukan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas.

Penyandang Disabilitas seharusnya mendapatkan kesempatan yang sama dalam upaya mengembangkan dirinya melalui kemandirian sebagai manusia yang bermartabat.

Baca juga: Mitra Pertamina di Kampung Enam hasilkan jamu hingga zero COVID-19
Baca juga: Pertamina Tarakan Field bantu pengembangan perajin batik difabel

Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020