New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak jatuh dari tertinggi 18-bulan terakhir pada Rabu, karena pedagang mencerna meningkatnya persediaan minyak mentah AS yang menunjukkan lemahnya permintaan di negara pengonsumsi energi terbesar di dunia.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Mei, mengakhiri hari tersebut turun 96 sen menjadi 85,88 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk penyerahan Mei turun 44 sen menjadi 85,71 dolar per barel.

Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mengatakan Rabu, persediaan minyak Amerika meningkat dua juta barel dalam pekan yang berakhir 2 April.

Itu jauh lebih dari ekspektasi konsensus pasar untuk kenaikan sebesar 1,4 juta barel.

Stok bensin anjlok sebesar 2,5 juta barel, sedangkan sulingan -- yang termasuk minyak diesel dan bahan bakar pemanas -- naik 1,1 juta barel.

Minyak mentah berjangka sempat mencapai tertinggi baru 18-bulan pada Selasa, karena pasar menemukan dukungan dari setumpuk indikator ekonomi yang membesarkan hati baru-baru ini di Amerika Serikat.

Minyak mentah New York telah menyentuh 87,09 dolar -- level tertinggi sejak 9 Oktober 2008.

"Beberapa investor mengkhawatirkan tentang seberapa cepat harga telah meningkat," kata Serene Lim, analis minyak bank ANZ yang berbasis di Singapura.

"Minyak telah meningkat lebih dari lima persen sejak pekan lalu dan investor mulai berhati-hati."

Sentimen investor juga dipengaruhi oleh laporan bulanan EIA pada Selasa yang menurunkan estimasi untuk permintaan di Amerika Serikat.

EIA mengatakan pihaknya mengurangi perkiraan permintaan AS untuk minyak mentah 160.000 barel per hari, dibandingkan dengan 200.000 barel dalam laporan sebelumnya.

Pihaknya juga mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan global sebesar 1,5 juta barel per hari untuk 2010, setelah dua tahun berturut-turut menurun.

Menurut Mike Fitzpatrick dari MF Global, harga minyak dan pertumbuhan ekonomi cenderung terus saling mengecek.

"Harga BBM naik menuju 100 dolar AS akan menghambat pertumbuhan ekonomi, seperti akan meningkatkan imbal hasil Treasury AS, yang, pada gilirannya, menggunakan tekanan naik pada dolar. Kombinasi dari faktor-faktor ini akan bertindak sebagai pengekangan terhadap kenaikan harga minyak," kata dia. (A026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010