Batam (ANTARA) - Generasi muda Pulau Rupat yang bermukim di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, berupaya melestarikan seni Zapin Api sebagai warisan budaya meski mereka minim pembinaan dari pemerintah daerah.

"Sampai saat ini belumlah ada pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada kami. Kalau diundang untuk mengelar pertunjukan Zapin Api ada," ujar seorang seniman Zapin Api M. Afis saat dihubungi Antara di Bengkalis, Sabtu.

Ia yang juga khalifah (pemimpin ritual) dalam pertunjukan Zapin Api mengatakan kegiatan pertunjukan yang telah puluhan tahun menghilang itu dibangkitkan lagi dan kini menjadi atraksi wisata di kampung halamannya Rupat Utara.

"Kami anak-anak muda Rupat Utara berupaya untuk melestarikan seni pertunjukan ini karena Zapin Api merupakan warisan tradisi kami," katanya yang memang berasal dari keluarga pemain Zapin Api.

Saat berdialog dalam virtual Kopi Payau yang ditaja Antara Kepri, Jumat (30/10) malam, dia menyampaikan kegundahan pada minimnya perhatian pemerintah.

Ia yang juga Ketua Sanggar Petak Semai yang beralamat di Teluk Rhu, Rupat Utara, menyatakan sejak sanggar tersebut berdiri pada 2009, mereka belum pernah mendapatkan biaya pembinaan ataupun dibina secara teknis oleh pemerintah daerah baik Kabupaten Bengkalis maupun Pemerintah Provinsi Riau.

Bahkan, sebagai maestro Zapin Api karena seni pertunjukan ini telah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda pada 2017, ia bersama anggota tim sanggar melakukan kegiatan secara mandiri untuk menghidupkan tradisi budaya yang telah ada di Pulau Rupat sejak abad 13 itu.

"Kami yang berkecimpung di dalam komunitas Zapin Api ini merupakan orang 'yang bingung alang' (tidak memiliki pekerjaan tetap, Red) dan 'lurus bendul' (ikhlas, Red)," katanya.

Baca juga: Riau punya kampung Zapin Meskom yang menarik bagi wisatawan

Baca juga: 4.000 anak pecahkan rekor menari zapin di Jambi

Tidak ulur proposal

Itu sebabnya, jika ada bantuan untuk mereka maka dengan senang hati akan diterima tetapi pihaknya tidak dapat mengulur proposal karena khawatir jadi penantian berkepanjangan.

"Niat kami membuat sanggar adalah untuk melestarikan adat tradisi dan budaya yang ada di kampung kami, Rupat Utara. Sesuai namanya Petak Semai, kami menggali dan membudayakan tradisi agar tidak lenyap," katanya.

Afis mengatakan Zapin Api sempat hilang dalam peradaban masyarakat Rupat pada era 80-an. Hilangnya seni pertunjukan bermain dengan api sambil diiringi alunan gambus dan gebane (rebana) itu jelang akhir tahun 70-an, ketika hiburan rakyat saat bela kampung ataupun kenduri nikah diramaikan dengan pertunjukan modern.

"Banyak para pemain yang merajuk pergi ke seberang (Melaka, Malaysia) untuk mencari nafkah. Termasuk ayah saya," kata Afis menceritakan perihal hilangnya pertunjukan Zapin Api pada dekade 1980 - 2009 di daerahnya.

Ayahnya M. Noer Yank Cik merupakan seniman Zapin Api. Ketika kembali ke Rupat, ayahnya menghidupkan lagi seni tradisi tersebut dengan mengumpulkan teman-temannya yang merupakan pemain Zapin Api.

"Pada 2009 Zapin Api hidup lagi dan pada tahun itu juga terbentuk Sanggar Petak Semai. Kami tidak hanya melestarikan Zapin Api juga tradisi sastra lisan yang ada di Rupat seperti Dodoi Pelali dan Syair Pengasih. Seni Panggung Bangsawan juga kami lestarikan lagi," katanya.

Zapin Api menurut dia berbeda dengan tarian zapin yang dikenal selama ini. Pertunjukan Zapin Api para pemain tidak menari gerak zapin tetapi dalam gerak bebas sambil memijak dan bermain bara api dengan diiringi musik gambus yang menjadi iringan khas musik zapin.

"Pada Zapin Api lagu pengiring tidak sembarangan. Hanya ada tiga lagu yang dibawakan yakni lagu Syech Abdul Kadir Jaelani, Siti Fatimah dan Raja Beradu," katanya.

Baca juga: Zapin Senggayong wakili RI di Festival Muara Singapura

Baca juga: Medan lestarikan tarian zapin Labuhan

Tanggung jawab pemkab

Sedangkan seni budaya Dodoi Pelali merupakan sastra lisan yang disampaikan secara bersenandung dalam kelambu yang biasanya dibawa untuk acara sunatan. Jadi anak yang akan disunat dibujuk dengan nyanyian bercerita agar dia tidak takut, tidak merasa sakit dan terhibur.

Sedangkan, Syair Pengasih merupakan cerita bersenandung perihal kasih sayang baik dalam hubungan dengan sesama manusia maupun alam.

"Biasanya kami menampilkan sastra lisan ini dalam satu panggung dengan cerita Bangsawan," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Raja Yoserizal Zen yang juga menjadi nara sumber dalam sembang budaya Kopi Payau mengatakan Zapin Api Rupat Utara telah menjadi aset warisan nasional karena telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Seharusnya ada pembinaan dari pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten agar kearifan lokal ini tetap terpelihara dan lestari" kata Yoserizal.

Ia yang juga Sekjend Zapin Centre mengatakan saat ini pihaknya fokus pada pengembangan zapin yang tumbuh di daerah itu dan akan menjadikan zapin sebagai ikon budaya Riau.

Menurut dia, ada tujuh varian zapin Riau, tiga telah diakui sebagai warisan budaya selain Zapin Api juga Zapin Meskom, kedua varian zapin ini berasal dari Kabupaten Bengkalis dan Zapin Siak dari Kabupaten Siak. Sedangkan empat jenis zapin di daerah yang berbeda sedang dikaji mendalam seperti Zapin Pecah 12 dari Kabupaten Pelalawan, Zapin Tembilahan, Zapin Meranti serta Zapin Dumai.

"Jika telah ditetapkan sebagai WBTB maka yang berkewajiban melakukan pembinaannya adalah pemerintah kabupaten/kota tempat asal budaya tersebut," katanya.

Pembinaan terhadap maestro yakni orang yang melestarikan budaya tempatan sangat penting agar tidak memicu terjadinya musibah kebudayaan yakni dicabutnya predikat WBTB.

"Jangan sampai terulang lagi hilangnya tradisi Zapin Api akibat para pemainnya merajuk pergi ke seberang karena merasa tidak diakui keberadaannya," ujar Yoserizal.

Kegiatan virtual sembang seni budaya Melayu Kopi Payau yang ditaja Antara Biro Kepri diadakan tiap Jumat malam dengan dipandu dua host Nodis Mukhtar dan Joe Panther. Kegiatan yang siar secara langsung di portal kepri.antaranews.com serta media sosial Youtube Antara Kepri dan Facebook Antara Kepulauan Riau itu hadir tiap Jumat malam dengan narasi budaya Melayu yang berbeda.*

Baca juga: Pemerintah hidupkan kesenian yang sudah terlupakan

Baca juga: 15 grup ikuti Temu Zapin Nusantara 2015

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020