Jakarta (ANTARA News) - Direktur Perencanaan Makro Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Prijambodo menyatakan bahwa harga minyak yang cenderung terus menguat dan melampaui 80 dolar AS per barel tetap harus dicermati.
"Dalam jangka pendek ini, harga minyak telah menguat hingga 85 dolar AS per barel dalam beberap hari ini, ini tetap perlu dicermati," katanya di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, menguatnya harga minyak tersebut dipengaruhi baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Dari sisi permintaan, menurut dia, pemulihan ekonomi dunia dirasakan telah bergerak positif.
Menurut dia, meningkatnya permintaan terhadap barang yang menggerakan pabrik-pabrik untuk berproduksi telah mendorong penguatan permintaan akan minyak.
Beberapa indikator negara-negara maju misalnya Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya perbaikan perekonomian membuat ekpektasi dari sisi permintaan semakin positif.
"Ekpektasi semakin positif dari kemajuan perekonomian AS terutama dicatat dengan adanya data yang menunjukan adanya serapan lapangan kerja 160.000 telah mendorong harapan yang lebih baik dari permintaan. Ini tampaknya yang menggerakan harga minyak dalam jangka pendek ini," katanya.
Disisi lain, menurut dia, kuatnya pertumbuhan ekonomi di Asia Timur juga mendorong permintaan akan minyak. "Apalagi industri Asia Timur memiliki karkateristik konsumsi energi yang lebih boros," katanya.
Sementara itu, dari sisi penawaran, meningkatnya harga minyak juga dipengaruhi oleh produksi OPEC yang tetap dipertahankan, meskipun sekarang masih ada kapasitas produksi sebesar lima juta barel perhari yang belum dimanfaatkan.
"Tampaknya komitmen negara-negara OPEC terhadap pembentukan harga semakin kuat, sehingga mereka tetap berusaha menjaga kuota," katanya.
Di sisi lain, menurut dia, produksi minyak di negara-negara non OPEC memang meningkat. Namun, kenaikan produksi minyak tersebut memiliki keterbatasan.
Ia menambahkan, sisi produksi makin terbatas seiring dengan kecenderungan menurunnya cadangan minyak AS.
Namun, ia yakin harga minyak tidak akan dilepas secara liar, sebab menurut dia, OPEC kemungkinan akan menggelontorkan cadangannya untuk tetap menjaga harga terbaik.
"Ini akan menjadi bantalan, setidaknya ada sekitar lima juta barel per hari yang bisa digunakan untuk mengantisipasi lonjakan berlebihan harga minyak," katanya.
Ia menambahkan, pemerintah juga telah mengantisipasi dan menyiapkan diri menghadapi peningkatan harga minyak. "Pemerintah telah memiliki kesepahaman terkait dengan harga minyak ini," katanya.
Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate Crude Oil (WTI) saat ini telah mencapai 86 dolar AS mendekati 87 dolar AS per barel. Begitu pula dengan harga minyak kontrak utama New York pun mendekati 87 dolar AS.
(T.M041/A023/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010