Padang (ANTARA News) - Pakar gempa dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Badrul Kamal mengatakan, gempa yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam, Rabu pagi, diperkirakan karena pergerakan patahan (sesar) Mentawai yang merupakan sesar transform.
"Gempa ini merupakan gempa baru. Ini membuktikan bahwa gempa masih sulit diprediksi," kata Badrul di Padang, Rabu.
Ia mengatakan, pada umumnya pakar berpendapat bahwa setelah gempa Aceh (9,2 SR) 26 Desember 2004, kemudian gempa Nias (8,7 SR) 28 Maret 2005, yang lebih 5 tahun berlalu, daerah ini sudah stabil.
"Ternyata belum aman. Barangkali ada kemungkinan lain. Kemudian ini juga bisa terjadi di Sumbar, walaupun kemungkinannya kecil," katanya.
Ia berharap gempa seperti 7,9 SR pada 30 September 2009 di Sumbar, tidak terjadi dalam waktu dekat.
"Mudah-mudahan kalau harus terjadi, terjadinya lagi sesuai siklus 200 tahunan. Meskipun demikian, kita harus selalu waspada," katanya.
Karena itu, ia meminta agar bangunan apa saja, terutama bangunan-bangunan besar untuk publik (hotel, mall, sekolah, kantor dan lain-lain), mesti dibangun sesuai standar.
Gempa berkuatan 7,2 SR terjadi di Simeulue (Aceh) pada Rabu pagi.
Gempa mengakibatkan sejumlah warga menjadi korban, dan harus dirawat intensif di RSUD Simeuleu. Mereka tertimpa tiang listrik pada saat gempa.
(O003/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010