Beijing (ANTARA News/AFP) - China Selasa menyatakan kembali bahwa kebijakan nilai tukarnya tidak dapat dipersalahkan dengan menggelembungnya ketidakseimbangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Selain itu juga memperingatkan Washington terhadap pelabelan pihaknya sebagai manipulator mata uang.
Komentar itu muncul setelah Departemen Keuangan AS akhir pekan lalu mengumumkan penundaan sebuah laporan yang diperkirakan pada pertengahan April, yang bisa menampar China dengan label "manipulator" dan membuka jalan bagi sanksi terhadap Beijing.
Anggota parlemen AS di seluruh spektrum menuduh China sengaja merendahkan mata uangnya, yang mengarah ke banjirnya barang murah dan memberikan kontribusi terhadap defisit perdagangan yang meningkat menjadi hampir 227 miliar dolar pada 2009.
"Nilai tukar RMB (yuan) bukanlah alasan untuk defisit perdagangan antara China dan Amerika Serikat dan apresiasi dari RMB bukan cara untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan," kata juru bicara kementerian luar negeri Jiang Yu.
"China belum pernah menggunakan apa yang disebut manipulasi mata uang dalam upaya mengabil keuntungan dari perdagangan internasional -- kami berharap pihak AS dapat melihat pertanyaan ini dengan cara obyektif," katanya.
Jiang mengatakan, Beijing akan terus mengadaptasi rezim nilai tukarnya "secara proaktif dan bertahap".
Menteri Keuangan AS Timothy Geithner mengatakan Selasa malam saat kunjungan ke New Delhi bahwa keputusan untuk merevaluasi yuan "merupakan pilihan China, ini adalah untuk membuat penilaian mereka."
Tetapi dia mengatakan kepada jaringan NDTV India dia "yakin bahwa China akan memutuskan itu dalam kepentingan mereka untuk melanjutkan kembali pindah ke nilai tukar yang lebih fleksibel
yang mereka mulai beberapa tahun lalu dan ditunda sementara di tengah-tengah krisis keuangan."
Amerika Serikat dan mitra perdagangan China lainnya mengatakan bahwa nilai tukar uang saat ini sekitar 6,8 yuan terhadap dolar memberikan raksasa Asia keuntungan perdagangan yang tidak adil dengan membuat ekspor China lebih murah.
Tetapi dalam mengumumkan penundaan laporan Sabtu lalu, Geithner mengatakan ada cara yang lebih baik untuk memajukan kepentingan AS.
"Ada serangkaian pertemuan tingkat tinggi yang sangat penting selama tiga bulan berikutnya yang akan sangat penting untuk mewujudkan kebijakan yang akan membantu membuat ekonomi global lebih kuat, lebih berkelanjutan, dan lebih seimbang," kata dia.
Jiang juga mengatakan kepada wartawan bahwa konsultasi tersebut akan lebih kondusif untuk mencari solusi dari pertengkaran.
Presiden China Hu Jintao dijadwalkan di Washington untuk menghadiri KTT keamanan nuklir pada12-13 April - hanya beberapa hari sebelum laporan itu diterbitkan - mendorong spekulasi bahwa kesepakatan dicapai untuk menjamin kelancaran kunjungan.
Jiang menganggap sebagai "tidak berdasar" tuduhan bahwa penundaan laporan departemen keuangan merupakan bagian dari pengaturan di mana China akan mendukung babak baru sanksi-sanksi PBB terhadap Iran atas dugaan program nuklirnya. (A026/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010